Rabu 09 Mar 2022 01:40 WIB

Rusia dalam Catatan Sejarawan Muslim Ibnu Fadlan

Ahmed bin Fadlan adalah penulis sejarah Arab yang lahir pada akhir abad ke-9.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Umat Muslim berdoa di luar masjid ketika mereka merayakan Idul Adha, yang oleh umat Islam di Rusia disebut Kurban-Bairam di St.Petersburg, Rusia, Jumat pagi, 31 Juli 2020. Liburan Muslim utama, pada akhir haji haji ke Mekah , diamati di seluruh dunia oleh orang percaya dan memperingati janji Abraham untuk mengorbankan putranya sebagai tindakan kepatuhan kepada Allah.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ahmed bin Fadlan adalah penulis sejarah Arab yang lahir pada akhir abad ke-9. Dia lahir ketika dinasti Muslim seperti Bani Umayyah dan Abbasiyah menguasai wilayah yang terbentang dari Maroko di Barat hingga sebagian besar Asia Tengah di Timur dan Utara.

Hambatan geografis, seperti halnya entitas politik saingan, merupakan hambatan terbesar yang mencegah penyebaran Islam lebih lanjut. Hamparan gurun yang luas mencegah petualangan militer di utara Asia Tengah. Di sisi lain, Kekaisaran Bizantium telah berhasil menangkis upaya Arab untuk mencapai Laut Hitam dan daratan yang terbentang di belakangnya.

Baca Juga

Terlepas dari kurangnya kontrol politik langsung, para penguasa Muslim sangat ingin menjalin hubungan dengan wilayah utara ini, baik dengan harapan menyebarkan Islam melalui dakwah dan membangun jalur perdagangan. Dengan tujuan itulah Ibnu Fadlan memulai perjalanannya ke utara, meliputi wilayah yang sekarang mencakup Rusia dan Ukraina.

Kunjungan penulis Arab itu bertepatan dengan pendirian entitas politik yang masih muda yang akan melahirkan keduanya. Antara abad ketujuh dan ke-10, orang-orang yang sebagian besar sarjana anggap sebagai Viking pindah dari Skandinavia ke wilayah Eropa antara Laut Baltik dan Laut Hitam.

Mereka berbicara dalam bahasa Norse Kuno Jerman dan nama "Rus", yang mereka gunakan untuk menyebut diri mereka sendiri, kemungkinan berasal dari kata Norse untuk 'orang baris'. Sebagai tukang perahu dan pejuang yang terampil, mereka mampu membangun pemukiman di sepanjang sistem sungai di seluruh wilayah, kadang-kadang menggunakan kekerasan untuk menaklukkan orang-orang yang sudah tinggal di sana, seperti Slavia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement