Kedua, perjalanan Isra mungkin masih bisa dideteksi dengan sains dan teknologi, tetapi perjalanan Miraj sama sekali di luar kemampuan otak pikiran manusia. Perjalanan Miraj ini, juga masih diperdebatkan banyak ulama, apakah dengan fisik dan roh Rasulullah SAW atau hanya rohaninya saja.
"Mayoritas ulama Sunni memahami bahwa yang diperjalankan Tuhan ke Sidratil Muntaha ialah Nabi Muhammad SAW secara utuh, lahir dan batin," katanya.
Sementara pendapat lain memahami hanya rohaninya saja. Bagi kita tidak terlalu penting untuk dipersoalkan apakah fisik dan rohani atau hanya fisik saja, karena perjalanan suci tersebut bukanlah kehendak dan keinginan Rasulullah SAW, tetapi kehendak dan keinginan Allah SWT.
Ketiga, terjadi pada malam hari. Ada beberapa alasan mengapa Isra Miraj terjadi pada malam hari sebagaimana dijelaskan oleh Imam Jalaluddin As Suyuthi dalam kitabnya, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshat al-Isra.
Di antaranya kata beliau bahwa malam merupakan waktu yang sunyi sehingga dinilai sebagai saat yang istimewa dan sangat pas untuk berkhalwat atau menyendiri guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Malam merupakan waktu yang tepat untuk berkumpulnya seseorang dangan orang yang dicintai-Nya. Malam merupakan satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu terbaik dari seribu bulan (lailatul qadar). Tidak ada waktu lain selain malam yang memiliki keistimewaan seperti ini," katanya.
Habib Abdurrahman Asad Al Habsyi, mengatakan sebagai gambaran sederhana, ketika di malam hari kita menyalakan radio, maka gelombang yang kita tangkap akan jernih dan lebih mudah dari siang hari. Sebab gelombang radio tersebut tidak mengalami gangguan terlalu besar yang saling bersinggungan dengan gelombang lainnya.
Baca juga: Kisah Puji dan Agus, Suami Istri yang Bersama-sama Masuk Islam
"Begitulah gambaran sederhananya, sebab waktu malam hari adalah waktu yang paling kondusif untuk perjalanan super spesial demi kelancaran perjalanan ini," katanya.
"Marilah kita dengan momentum Isra Miraj ini kita terus berusaha menjadi pribadi yang terus merajut keintiman dengan Sang Khaliq, "khususnya" di waktu malam," katanya.
Tentang hal ini Allah SWT dalam surat Al Insaan ayat 25-26 berfirman yang artinya:
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا "Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari."