REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sebagian orang Islam mungkin ada yang tidak percaya terhadap peristiwa Isra Miraj, yaitu perjalanan agung Nabi Muhammad SAW menuju langit ketujuh untuk menerima perintah shalat dari Allah SWT.
Apakah umat Islam yang tidak mempercayainya sudah keluar dari Islam? Mantan Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jumah telah diminta di dalam salah satu majelis ulama untuk menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskan hukum mengingkari peristiwa Isra Miraj.
Menurut Syekh Ali Jumah, tidak percaya pada Isra Miraj tidak lantas kemudian seorang Muslim menjadi kafir, tapi akan membawanya pada kebodohan.
“Itu tidak pernah membawa Anda keluar dari Islam, itu membawa Anda keluar dari kesadaran ke kebodohan,” Kata Ali Jumah saat menjawab jamaah yang bertanya seperti dikutip dari Masrawy, Jumat (25/2).
Dia menuturkan, orang itu tidak keluar dari Islam karena masih mencintai Allah SWT dan berdoa kepada-Nya. Hanya saja, kata dia, orang yang tidak percaya terhadap Isra Miraj Nabi berada dalam kebodohan.
Dia mengatakan, kebodohan adalah ketidaktahuan, sehingga perlu dinasihati agar terus bertanya sampai dia mengetahuinya. Jika orang tersebut masih sulit mempercayai peristiwa ajaib Isra Miraj, maka tunggulah sampai Allah SWT membuatnya memahaminya.
Syekh Ali Jumat menjelaskan, sangat banyak Muslim yang mengalami situasi seperti itu. Misalnya, ada seorang seorang wanita yang mengatakan, “Aku mencitai Nabi Muhammad SAW,” tapi, dia mempertanyakan mengapa Nabi SAW menikahi sembilan wanita?
Menurut Syekh Ali Jumah, seorang muslimah harus menghapus pemikiran seperti itu. Karena, Rasulullah SAW menikahi sembilan wanita itu untuk tujuan yang tidak dimengerti oleh wanita si penanya itu.
“Ini adalah masalah yang menyakitinya, dan Rasulullah SAW menikahi sembilan wanita untuk tujuan yang dia tidak mengerti sekarang, jadi dia harus menghapusnya,” jelas dia.
Syekh Ali Jumah mengatakan bahwa si penanya mengira bahwa Perjalanan Isra Miraj dan terbelahnya dada Nabi Muhammad adalah mitos. Namun, Syekh Jumah menegaskan bahwa peristiwa itu bukanlah mitos.
Menurut Syekh Jumah, para ulama salaf juga telah menjelaskan masalah ini kepada mereka, tapi mereka terus menyangkalnya. Mereka bingung atau tidak memahaminya dengan baik. Namun, mereka tidak memiliki keberanian untuk menyangkal dan menolak dengan keras.
Sumber: masrawy