REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sir Thomas Walker Arnold dalam The Preaching of Islam. A History of Propagation of the Muslim Faith mengomentari besarnya penghargaan Islam terhadap prinsip toleransi. Bahkan, menurutnya, kaum non-Muslim menikmati toleransi yang begitu besar di bawah aturan penguasa Muslim.
Padahal, di saat yang sama, Eropa masih belum mengenal toleransi sama sekali. Barat baru menyemarakkan tenggang rasa antar-dan-internal umat beragama belakangan ini pada zaman modern.
Lebih lanjut, Sir Thomas mengungkapkan, ketika berabad-abad lamanya dinasti-dinasti Muslim berkuasa, banyak sekte Kristen yang dibiarkan hidup, berkembang, dan bahkan dilindungi aturan negara. Amat jarang kasus persekusi yang dilakukan orang Islam terhadap komunitas non-Muslim.
Salah satu dinasti Islam yang menjaga betul toleransi kehidupan beragama adalah Dinasti Mughal di India. Michael H Fisher dalam A Short History of the Mughal Empire mengungkapkan, kesultanan Mughal bertahan tiga abad lamanya dengan jumlah penduduk yang mencapai 150 juta jiwa.
Mereka bukan hanya umat Islam, melainkan juga umat agama-agama lain. Di era kejayaannya, Kesultanan Mughal sangat bineka dan kaya sehingga mengendalikan hampir seperempat total nilai produksi dunia (gross domestic product/GDP).