REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penghormatan terhadap batu sudah ada sebelum datang Islam. Cara penghormata umat Islam terhadap hajar aswad berbeda degan cara menghormati orang non-Muslim yang menghormati batu dengan menyembahnya.
KH A Aziz Masyhuri mencontohkan cara penghormatan orang Yahudi terhadap batu. Sampai sekarang orang-orang Yahudi masih menyucikan sepotong dinding pagar Masjid Al Aqsha dari arah kiblat yang dinamakan Al-Buraq.
"Mereka menganggap bahwa tembok itu adalah satu-satunya potongan dari tiang pagar Haikal Sulaiman yang dibangun Nabi Sulaiman AS dan kemudian dihancurkan oleh Bakhtunashar Sauharib, Raja Asyuria dan Romawi," kata KH A Aziz dalam bukunya 25 Rahasia Terdahsyat Haji Hingga Mabrur.
Orang-orang Yahudi Yerusalem, pada hari tertentu (terutama pada waktu Ashar hari Jumat) berkumpul di pagar ini sambil menyalami batu-batu, menangis, meratap, dan merendahkan diri. Harapannya mereka melakukan itu agar Allah SWT mengembalikan kerajaan mereka.
Karena rasa hormat terhadap batu bangunan itu, mereka tidak mau memasuki tanah pekarangan Baitul Maqdis, melewati pintunya. Sebab, mereka khawatir menginjak batu yang mungkin tercecer.
"Mereka juga menghormati pojok kuburan Nabi Ibrahim, Ishak, dan Ya'qub AS. Setiap sore, mereka biasa berkumpul di sana sambil memohon kepada Allah SWT agar mengembalikan hak milik Bani Israel yang sudah lenyap," katanya.
Kiai Aziz mengatakan, penghormatan orang-orang Nashrani atas batu-batuan, juga tidak kurang khidmat dari orang Yahudi.
Mereka menghormati banyak batu-batuan yang ada di Baitul Maqdis, yang di antaranya adalah batu di bawah Kubah Ash-Shuud karena dianggap menyimpan bekas telapak kaki Al-Masih sewaktu naik ke langit.
Begitu juga dengan penghormatan atas sepotong batu di Lembah Sidrun yang diberi nama dengan Lembah Maryam, yang ditengarai sebagai tempat bersandar al-Masih waktu turun dari Gunung Zaitun menuju Madinah. Di Lembah Maryam pula terdapat batu yang dipercaya sebagai tempat duduk Isa waktu menyaksikan Baitul Maqdis.
"Mereka sangat menghormatinya. Juga tak terhitung jumlah batu-batu lain yang mereka hormati, yang berada di Gereja Al-Qiyamah. Di antaranya, Batu Separuh Dunia dan Batu Curian," katanya.
Dalam anggapan mereka, Al-Masih pernah mandi di atasnya. Ada juga Batu Piala yang mereka yakini dibawa oleh Jibril dan diletakkannya di atas Al-Masih. Juga tiang cambuk yang mereka perkirakan sebagai pemancang Isa saat dicambuk oleh musuhnya, Batu Iklil yang mereka perkirakan dijadikan tempat duduk al-Masih waktu mahkota berduri diletakkan di atas kepalanya.
"Di Beitlehem banyak terdapat batu-batuan yang disucikan oleh orang-orang Nashrani. Namun, di Baitul Maqdis, ada juga batu yang bersama-sama dimuliakan umat Islam, Nashrani, dan Yahudi," katanya.
Dari semua yang sudah dikemukakan ini jelaslah bahwa penghormatan umat Islam atas Hajar Aswad bukan sesuatu yang aneh dan tidak keluar dari batas-batas kewajaran, selain dari lambang ketuhanan yang diingat seorang Muslim waktu menyentuh dan menciumnya.
Tidak ada kata menyembah Hajar Aswad dalam kamus keagamaan umat Islam, sebagaimana dugaan kaum orientalis yang berkata bahwa kaum muslim, dalam hajinya, sudah menyembah Hajar Aswad. Dengan menganggap thawaf sebagai sisa-sisa keberhalaan yang ada pada bangsa Arab dahulu, mereka telah mendustakan Allah.
Kiai Aziz mengatakan, andaikan golongan ini mau memperhatikan hadits-hadits Nabi yang terkait dengan hal itu, pastilah dia mengerti duduk persoalannya. Sayangnya mereka terlalu fanatik, hingga sampailah mereka pada puncak kebodohan.