REPUBLIKA.CO.ID, —Salah satu keyakinan kalangan Mutazilah yang menyimpang adalah mustahil umat manusia terutama umat Islam kelak akan melihat Allah SWT secara kasat mata di akhirat. Benarkah demikian?
Keyakinan ini dibantah pendiri Mazhab Asyariyah yaitu Imam Asyari dalam kitabnya Al-Ibanah An Ushul Ad-Diyanah. Menurut dia, mereka Mutazilah menafsirkan (takwil) Alquran berdasarkan pendapat semata dengan penafsiran yang tidak Allah SWT ajarkan. Cara penafsiran meeka tidak mempunyai dasar hukum yang jelas dalam Alquran ataupun sunah.
Cara mereka menafsirkan tersebut tidak berdasar pada hadis Nabi Muhammad SAW, tidak pula berdasar pada pendapat para ulama terdahulu. Misalnya, mereka menentang pandangan para sahabat yang jelas bersumber dari Nabi Muhammad SAW, seperti perihal melihat Allah SWT di akhirat dengan mata kepala.
Padahal, riwayat mengenai itu sangat banyak jumlahnya dengan berbagai jalur periwayatan mutawatir. Dalam pembahasan bab satu, Imam Asyari pun telah mengurai banyak riwayat untuk meluruskan pandangan menyimpang dari kelompok Mutazilah tersebut.
Untuk menegaskan bahwa nanti di akhirat akan melihat Allah mata kepala, Imam Asyari mengutip Surat Al Qiyamah ayat 22-23, yaitu:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al Qiyamah ayat 22-23).
Imam Asyari menjelaskan, tidak mungkin yang Allah SWT maksud dengan kata “nazhar” pada akhir ayat 23 itu adalah “tafakkur” atau mengambil pelajaran, karena akhirat bukanlah tempat bagi manusia untuk berpikir.
Tidak mungkin juga yang Allah SWT maksud dengan kata “nazhar” pada ayat itu adalah “menunggu (intizhar)”. Karena, kata “nazhar” jika disebutkan bersama kata “wajah (wajh)”, maknanya adalah melihat dengan dua mata kepala.
Selain itu, menurut Imam Asyari, di antara dalil lain yang menujukkan bahwa Allah SWT dapat dilihat dengan penglihatan mata adalah pernyataan Nabi Musa dalam surat Al Araf ayat 143:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau"
Banyak dalil-dali lain yang diungkapkan Imam Asyari dalam kitab al-Ibanah ini. Dalil-dali ini meluruskan penyimpangan kaum Mutazilah yang meyakini bahwa Allah SWT tidak dapat dilihat dengan kepala.