Senin 07 Feb 2022 22:30 WIB

Kunci Ketahanan Keluarga Bagi Pasangan LDR

Keadaan kadang membuat pasangan melakoni LDR.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Kunci Ketahanan Keluarga Bagi Pasangan LDR. Foto: Ilustrasi Pernikahan
Foto: Pixabay
Kunci Ketahanan Keluarga Bagi Pasangan LDR. Foto: Ilustrasi Pernikahan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Jika diperkenankan memilih, mungkin tidak ada pasangan yang menginginkan hubungan jarak jauh, atau lebih akrab disebut LDR (long distance relationship), terlebih bagi pasangan yang telah berkeluarga. Namun, keadaan terkadang memaksa banyak pasangan untuk tinggal terpisah. Lalu bagaimana cara menjalaninya dan mengantisipasi segala rintangan saat LDR-an?

Ustadzah Qotrunnada Syathiry Ahmad, atau akrab disapa Ustazah Nada menjelaskan beberapa pegangan yang dapat menjadi kunci untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga meski terpisah jarak. Sebagai awalan, perempuan yang rutin mengajar Majelis Ta’lim Mudzakaroh ini mengingatkan sabda Rasulullah tentang hakikat pernikahan. 

Baca Juga

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)

“Menikah ini adalah ibadah dan disebut sebagai ibadah terpanjang, karena melalui pernikahan, suami dan istri dapat memperoleh banyak pahala darinya,” jelas Ustadzah Nada kepada Republika, Senin (7/2/2022). 

Meski diibaratkan sebagai ladang ibadah, ujian dalam pernikahan juga tidak akan semudah ibadah lain yang durasinya lebih pendek. Maka Ustazah Nada mengajak untuk memahami terlebih dulu tujuan dasar pernikahan. 

“Tujuan awal seseorang memutuskan untuk menikah sebaiknya didasari keinginan untuk mendapatkan kedamaian, kehidupan yang tentram, dan kebahagiaan, yang dalam Islam dirangkum dalam kata ‘sakinah’ (tenang atau tentram),” jelas lulusan Ilmu Filsafat Universitas Paramadina itu. 

Setelah mendapatkan sakinah dan berhasil mempertahankannya, maka pasangan akan dihadapkan pada level selanjutnya, yaitu mawaddah yang diartikan sebagai cinta dan kasih sayang baik dari pasangan, anak-anak, keluarga, dan tentunya Allah SWT. Adapun tujuan tertinggi dari sebuah pernikahan adalah memperoleh warahmah yang dimaknai sebagai rahmat, karunia, ampunan, dan kemudahan rezeki dari Allah SWT. Rahmah juga dapat diartikan sebagai kepercayaan, saling melindungi, dan saling menghargai oleh suami-istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

“Perlu dipahami bahwa tiga level tadi perlu butuh waktu lama dan ujiannya juga tidak akan mudah,” ujar Ustazah Nada, mengingatkan.

LDR dalam Pernikahan

Istilah LDR dalam pernikahan sebenarnya bukan hanya baru ditemui baru-baru ini. Rintangan dari hubungan jarak jauh nyatanya telah dialami oleh Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Sarah, yang harus terpisah selama bertahun-tahun. Semakin berkembangnya zaman, tantangan LDR juga semakin terkikis dengan kemutakhiran teknologi yang membuat jarak tak lagi menjadi masalah dalam membina suatu hubungan, termasuk pernikahan. 

“Tapi tentu ujian dari LDR tidak akan mudah, dan kunci utamanya adalah kejujuran,” kata Ustazah Nada. 

“Melalui kejujuran ini, segala prasangka baik dari suami maupun istri dapat ditangkal, dan untuk menjaga kejujuran, harus dimaksimalkan dengan komunikasi, terlebih sekarang telah banyak sekali media komunikasi yang bisa digunakan bagi para pejuang LDR untuk melepas rindu,” sambungnya. 

Selain kepercayaan, hal yang perlu ditanamkan oleh pasangan LDR adalah keridhoan dan saling memahami. Fondasi ini, kata Ustazah Nada, dapat menangkis timbulnya perasaan atau pemikiran miring tentang pasangan. Di samping itu, ketakwaan dan menjaga rasa takut pada Allah SWT, juga dapat menjadi tameng yang dapat menghalau timbulnya niat untuk melakukan hal yang berpotensi merusak keutuhan rumah tangga. 

“Ketaqwaan dan rasa takut pada Allah sangat perlu dijaga, sehingga ketika suami atau istri tergoda untuk melakukan maksiat, mereka dapat mengantisipasinya dengan ketaqwaan dan rasa takut tadi,” ujarnya. 

Kunci lain yang dapat diterapkan oleh para pejuang LDR adalah senantiasa berprasangka baik (husnudzon) kepada pasangan. Istri maupun suami juga disarankan untuk tidak mudah ‘termakan’ desas-desus miring tentang pasangan dari tetangga, kerabat, atau orang lain yang belum pasti kebenarannya. 

“Kalaupun kita menemukan suatu yang ganjil, maka tabayyun dulu, tanya dan pastikan langsung terlebih dulu kepada pasangan, agar tidak terjadi kesalahpahaman,” sarannya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement