REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah Pontianak berkaitan erat dengan perkembangan dakwah Islam di Nusantara. Daerah yang berjulukan Kota Khatulistiwa itu dirintis oleh seorang bangsawan yang juga keturunan Nabi Muhammad SAW, yakni Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Konon, putra Habib Husin--seorang mubaligh Arab di Kalimantan--tersebut sedang menyusuri Sungai Kapuas bersama dengan para pengikutnya. Ia merasa diganggu makhluk halus.
Untuk mengusir gangguan itu, Syarif Abdurrahman melepaskan tembakan meriam.Ia kemudian berikrar, lokasi tempat jatuhnya peluru meriam akan menjadi tempat kerajaannya berdiri. Ternyata, benda tersebut mendarat di dekat persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Maka, di sanalah dirinya mulai mendirikan pusat pemerintahan. Untuk mengenang kisah tersebut, daerah itu kemudian disebut sebagai Puntianak atau Pontianak.Secara kebahasaan, artinya merujuk pada hantu perempuan yang mati beranak.
Pada 14 Rajab 1185 Hijriyah, atau bertepatan pada 23 Oktober 1771 Masehi, raja pertama Kesultanan Pontianak itu mulai membangun istananya. Bersamaan dengan itu, Syarif Abdurrahman juga mendirikan masjid pertama sebagai titik pusat syiar Islam di sana.
Hingga kini, tempat ibadah itu, Masjid Sultan Syarif Abdurrahman, masih tegak berdiri.