REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dosen Ushul Fiqih di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Dr Muhammad Khalifa al-Badri menjelaskan ihwal hukum aborsi dan apa yang harus dilakukan ketika seseorang berada dalam kondisi di mana sudah melakukan aborsi berulang kali.
Syekh al-Badri menyampaikan, aborsi dapat dilakukan jika ada alasan yang dibenarkan. Atau ada kepentingan yang jelas misalnya adanya kekhawatiran mencelakai ibu dan sejenisnya. Dalam kondisi ini, sebelum ruh ditiupkan ke janin tersebut, maka boleh menggugurkan kandungan.
"Tentu itu didasarkan pada keterangan dokter Muslim yang terpercaya. Jadi selain itu, tidak boleh menggugurkan kandungan," kata dia seperti dilansir laman Masrawy.
Syekh al-Badri mengatakan, beberapa alasan yang membuat aborsi tidak boleh dilakukan, di antaranya ialah berniat menghilangkan kandungan atau karena takut mengasuh dan membesarkan anak, atau ingin mengurangi anak, atau menjaga kecantikan seorang wanita, dan semacamnya.
"Para ulama telah sepakat, jika usia kandungan telah melewati 120 hari atau setelah ruh dihembuskan ke dalamnya, maka dilarang melakukan tindakan aborsi, kecuali ketika ada keharusan untuk menggugurkannya," jelas dia.
Aborsi, lanjut Syekh al-Badri, sama saja dengan membunuh anak dan ini jelas dilarang. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS Al-Isra ayat 31)
Anggota Fatwa Darul Ifta Mesir, Syekh Dr Ahmad Mamduh menekankan, bila melakukan aborsi setelah ruh dihembuskan maka harus membayar setengah dari sepersepuluh diyat (denda).
Adapun jika usia kandungannya kurang dari dua bulan atau sebelum ruh dihembuskan, maka itu dapat dianggap sebagai aborsi yang memiliki udzur (alasan) sehingga tidak ada dosa untuk ibunya dan tidak perlu bertobat. "Tetapi jika tanpa udzur, maka harus segera bertobat meminta ampunan kepada Allah SWT, bukan dengan membayar," tuturnya.
Sumber: