REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Abdullah bin Umar ra menjadi salah satu orang yang membela kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan di tengah meluasnya fitnah kepada Utsman. Abdullah bin Umar telah mematahkan kabar miring yang di bawa seorang pemuda kepadanya.
"Ibnu Umar tidak rela ada seorang pun yang mencela sahabat Nabi Muhammad saw, termasuk kepada Utsman bin Affan," tulis Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah.
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny mengisahkan, bahwa, akhir perjalanan hidup Utsman telah diwarnai fitnah perpecahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin. Muncul pemberontakan kepadanya, hingga para pemberontak itu mengepung rumah Utsman.
"Mereka menuntut agar Utsman bin Affan menanggalkan kekhalifahannya atau mereka akan membunuhnya," ceritanya.
Namun, Ibnu Umar segera masuk menemui Utsman dan mendorongnya agar dia jangan sampai menanggalkan kekhalifahannya karena berarti itu telah membuat suatu sunah yang buruk, sehingga setiap kali manusia tidak menyenangi pemimpinnya, mereka akan mencopot paksa kepemim-pinan tersebut.
Utsman pun menyadari bahwa inilah fitnah yang sejak jauh-jauh hari telah diberitakan Rasulullah kepada beliau. Karenat itu, Utsman hanya bisa bersabar dan bertawakal kepada Allah Ta'ala.
Para pemberontak itu memanjat rumah Utsman, lalu pedang-pedang mereka mengalirkan darah Utsman yang tengah berpuasa dan membaca kitabulah.Tetesan darah pertamanya mengalir tatkala beliau membaca surah Al-Baqarah ayat 137.
“Maka Allah akan memeliharamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetabui"
Pada malam sebelum pembunuhannya, Utsman bermimpi bertemu Rasulullah saw. dan beliau mengatakan, “Wahai, Utsman, berbukalah bersama kami.”
Pada hari itulah, menjelang berbuka puasa, dia meninggal dunia dan berhasil bertemu dengan kekasihnya: Allah dan Rasul-Nya.