REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Hubungan antara China dan Nusantara sudah berlangsung sangat lama. Hal ini tampak pada silang budaya yang dijumpai pada berbagai macam ekspresi kebudayaan di Indonesia. Tidak hanya itu, dakwah Islam di Nusantara juga tak lepas dari orang-orang China.
Dalam pengantar buku berjudul “Islam Indonesia dan China: Pergumulan Santri Indonesia dan Tiongkok”, Prof KH Said Aqil Siroj menjelaskan, perkembangan Islam di Nusantara tidak lepas dari beberapa ulama China yang berdakwah ke Nusantara.
“Sejarah perkembangan Islam di Nusantara tidak bisa lepas dari pengaruh China,” kata Kiai Said dikutip dari buku tersebut.
Berdasarkan beberapa sumber yang ada, kata Kiai Said, beberapa di antara Wali Songo juga memiliki hubungan darah dan keilmuan dengna orang-orang China. Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tradisi China.
"Hingga kini, kita bisa menyaksikan bagaimana komunitas Tionghoa di Jawa sering ziarah ke makam Sunan Gunung Gunung Djati,” jelas mantan Ketum PBNU ini.
Selain itu, ada juga tokoh China yang memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara, yaitu Laksamana Cheng Ho (Zheng He). Menurut Kiai Said, rombongan kapal Cheng Ho yang datang ke Nusantara selama tujuh kali ekspedisi (1405-1433), memberi pengaruh besar bagi corak kebudayaan Nusantara.
Hal ini bisa disaksikan bagaimana pengaruh perjalanan Cheng Ho, dari Aceh hingga beberapa pesisir Jawa. Dengan demikian, kata Kiai Said, sudah jelas bahwa hubungan antara Nusantara dengan China sangat erat, dan tidak bisa dilupakan begitu saja.
“Maka, kita perlu menggali lebih dalam bagaimana nilai-nilai yang baik dari bangsa China, untuk pelajaran bagi bangsa Indonesia masa kini,” kata Kiai Said.