REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjabarkan sejumlah munajat seorang Muslim kepada Allah SWT. Munajat ini merupakan doa, perenungan, dan juga permohonan seorang hamba.
Berikut beberapa munajat dalam kitab tersebut:
“Ilahi maa althafuka ma’a azhimi jahliy wa maa arhamuka-biy ma’a qabihi fi’liy,”. Yang artinya, “Tuhanku, sungguh luar biasa sifat kelembutan-Mu padaku di atas begitu besarnya kebodohanku. Dan alangkah luar biasanya kasih sayangMu di atas segala perilaku burukku,”.
“Ilahi hukmuka annafidzu wa masyi-atuka al-qahiratu lam yatruka lidziy haalin haalan wa laa lidzi maqaalin maqaalan,”. Yang artinya, “Tuhanku, ketentuanMu yang jelas akan terjadi dan kehendakMu yang memaksa tidak akan memberi kesempatan orang yang memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemampuannya, dan tidak akan memberi kesempatan berbicara bagi orang yang pintar berkata-kata,”.
“Ilahi kaifa a’zhimu wa anta al-qaahiru? Am kaifa laa a’zimu wa anta al-aamiru,”. Yang artinya, “Tuhanku, bagaimanabisa ketaatan itu kuniatkan, sementara Engkau yang Dzat Maha Perkasa? Dan bagaimana bisa ketaatan itu tidak kuniatkan, sementara Engkau sendiri yang menyuruh untuk melaksanakannya,”.
“Ilahi taraddudiy fil-aatsaari yujibu bu’da al-mizari, fajma’niy alaika bikhidmatin tuwashiluni ilaika,”. Yang artinya, “Tuhanku, bolak-balikku di dunia ini menyebabkan perjalanan pada-Mu terasa begitu jauh. Maka dekatkanlah aku pada-Mu dengan sebuah amal ibadah yang dapat segera mengantarku pada-Mu,”.