Ada gambar singa dan tumbuh-tumbuhan di bagian depan tiang mimbar sementara bagian ujung tiang ini dihiasi dengan lengkung kala-makara. Motif di bagian terakhir ini adalah Surya-Majapahit.
Di bagian timur Indonesia terdapat pula masjid dengan mimbar tua. Salah satu masjid yang menyimpan mimbar tua itu adalah Masjid Nurul Bahri yang berlokasi di tepi pantai Labuan Carik, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1700 M oleh sejumlah saudagar Bugis yang singgah ke sana untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama Islam. Di dalam masjid ini terdapat dua benda peninggalan yang usianya sudah mencapai sekitar 300 tahun, yakni sebuah beduk dan sebuah mimbar yang terbuat dari kayu.
Di Sumatera Barat, salah satu pusat penyebaran agama Islam di pantai barat Sumatera, terdapat sebuah mimbar yang dibuat dengan bahan berbeda. Di Nagari Rao-Rao, Tanah Datar, Sumatera Barat, berdiri sebuah masjid tua bernama Masjid Raya Rao-Rao.
Dibangun sejak tahun 1901 dan digunakan tujuh tahun kemudian, masjid ini mengadopsi gaya arsitektur Minangkabau, Persia dan Belanda. Berbeda dengan mimbar masjid lain yang terbuat dari kayu, mimbar di Masjid Raya Rao-Rao dibuat dari batu. Batu ini lalu diberi lapisan yang terbuat dari pecahan kaca keramik. Ukuran mimbar ini ialah 3 X 1,38 meter.
Adapun tingginya mencapai 3,1 meter. Mimbar batu ini dibuat pada tahun 1930.
Sumber: Majalah SM Edisi 21 Tahun 2019