Kamis 13 Jan 2022 16:25 WIB

Didik Anak Hafal Alquran atau Kuasai Bahasa? Ini Kata Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun rekomendasikan anak kuasai bahasa lalu hafal Alquran

 Menghafal Alquran di masjid di Banda Aceh, Selasa (13/4). Ibnu Khaldun rekomendasikan anak kuasai bahasa lalu hafal Alquran
Foto:

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

Oleh karena itu, Ibnu Khaldun mengomentari kecenderungan masyarakat dan para ulama di masanya: “Mereka lebih memberikan perhatian pada hafalan, lebih dari yang semestinya. Akhirnya kemampuan anak-anak untuk belajar dan menggali ilmu tidak teroptimalkan. Memang hafalan mereka lebih banyak dari hafalan anak-anak di daerah lain. Mereka mengira itulah tujuan dari belajar dan cara mendapatkan kemampuan ilmiah, padahal tidak demikian.” 

Belajar bahasa yang dimaksud Ibnu Khaldun di sini mencakup bahasa tulisan dan bahasa lisan. Dia berpandangan bahwa kemampuan menulis sangat bermanfaat untuk menambah potensi akal dan menguatkan kemampuan untuk mencerna dan menganalisa. Karena yang menjadi prioritas utama baginya adalah menyiapkan akal yang bersih, terlatih, cepat memahami dan fleksibel dalam belajar. 

Menulis, menurut Ibnu Khaldun, adalah proses perpindahan dari huruf yang tertulis di buku kepada kata yang terucap dalam khayal. Selanjutnya dari kata yang terucap dalam khayal menjadi makna dan hakikat di dalam jiwa. Begitulah seterusnya. 

Dengan proses ini akan tumbuhlah potensi untuk menangkap perpindahan dari dalil (argumen) kepada madlul (substansi), dan inilah yang akan membuat seorang anak terbiasa berpikir, menganalisa dan menyingkap sesuatu yang masih tersembunyi, karena ia sudah dibiasakan dengan proses seperti ini dalam menulis.

Di samping menulis, Ibnu Khaldun juga menyarankan untuk memprioritaskan mengajarkan anak berhitung. Hal ini karena berhitung dapat mengasah otak dan menyiapkannya secara baik untuk menerima berbagai ilmu yang lain. 

Berhitung, atau dalam termonilogi masa itu ilmu hisab- esensinya adalah mempelajari sesuatu yang sudah jelas dan dasar berpikir yang terpola. Dalam istilah Imam Al Ghazali ilmu hisab ini sesuatu yang bersifat jaliy dan badihi (jelas, aksiomatik), seperti 1+1 = 2. 

Di samping sebagai alat untuk melatih anak berpikir secara benar dan logis, ilmu hisab juga punya sisi moral yang tak dapat dipandang remeh. Ilmu hisab membuat anak terbiasa jujur dan apa adanya. 

Baca juga: Mualaf Erik Riyanto, Kalimat Tahlil yang Getarkan Hati Sang Pemurtad

Kesimpulannya, prioritas pendidikan untuk anak menurut Ibnu Khaldun adalah belajar bahasa (tulisan dan lisan), belajar berhitung (ilmu hisab), baru kemudian dilanjutkan dengan menghafal Alquran. Karena baginya, tujuan dari pendidikan adalah pembentukan potensi ilmiah, dan itu adalah pemahaman, bukan hafalan. 

Karena itu, Ibnu Khaldun menulis dengan sedih: “Alangkah lengahnya masyarakat di negeri kami. Mereka bawa anak-anak mereka untuk belajar Alquran sejak dini, tapi anak-anak itu hanya membaca apa yang tidak mereka mengerti.” 

 

(Disarikan dari pengantar Ahmad Khalid terhadap kitab ar-Risalah al-Mufashshalah karya Imam Abul Hasan al-Qabisi)   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement