Selasa 11 Jan 2022 07:47 WIB

Benarkah Umat Islam Hancurkan Axendria Saat Taklukkan Mesir?

Umat Islam justru berkontribusi dalam memajukan Alexandria Mesir

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam justru berkontribusi dalam memajukan Alexandria Mesir. Suasana kawasan Benteng Qaitbay yang terletak di tepi laut Mediterania, Kota Alexandria, Mesir.  (Republika/Agung Supriyanto)
Umat Islam justru berkontribusi dalam memajukan Alexandria Mesir. Suasana kawasan Benteng Qaitbay yang terletak di tepi laut Mediterania, Kota Alexandria, Mesir. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,  — S Labib, R Guest, dan CE Bosworth dalam ensiklopedia Historic Cities of the Islamic World menjelaskan dinamika peradaban yang mengisi sejarah Alexandria. 

Sejak abad ketiga SM, perpustakaan besar yang menampung lebih dari 700 ribu manuskrip telah berdiri di kota tersebut. 

Baca Juga

Situs tempat kegiatan ilmiah, termasuk penerjemahan teks-teks klasik dari kebudayaan Yunani, Persia, dan Yahudi itu bertahan hingga abad keempat Masehi.

Kekaisaran Romawi menguasai Mesir dan menjadikan Alexandria kota terbesar kedua setelah Roma (Italia). Agama Kristen mulai mendominasi aktivitas intelektual dan kebudayaan di sana. 

Sejak abad ketujuh, Islam tampil sebagai kekuatan baru di Semenanjung Arab. Nabi Muhammad SAW mengirim sejumlah utusan ke berbagai penjuru, baik Arab maupun non-Arab untuk mengajak para pemimpinnya kepada agama ini. 

Di Alexandria, Raja Muqauqis menerima duta Rasulullah SAW dengan penuh kehormatan. Melalui surat balasannya, penguasa Mesir itu menyampaikan kepada Nabi SAW bahwa dia sungguh beriman akan datangnya utusan Allah setelah Nabi Isa AS, tetapi kedatangannya di Suriah, bukan Arab. Walaupun enggan memeluk Islam, dia mengirimkan banyak hadiah ke Madinah. 

Kekaisaran Persia merebut Mesir dari Romawi Timur (Byzantium) pada permulaan abad ketujuh. Akan tetapi, pemerintahan nya tidak bertahan lama, menyusul penaklukan bangsa Arab atas Persia pada 632. 

Mesir akhirnya dikuasai Islam sejak 642 M. Empat tahun kemudian, penguasa Muslim mulai mengendalikan seluruh Alexandria. Banyak orang-orang Yunani yang lantas hijrah ke wilayah Asia Barat yang masih dikendalikan Byzantium.

Bagaimanapun, balatentara Muslim tidak pernah membumihanguskan Mesir. Cerita tentang penakluk Arab, Amr bin Al Ash, yang memerintahkan pemusnahan atas perpustakaan Alexandria tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan lebih sebagai propaganda orientalis. 

Orang-orang Arab justru mengakui pencapaian peradaban yang terdapat di Alexandria. Sebagai contoh, sistem tata kota, istana-istana, pemandian umum, dan kanal-kanal di sana telah berlaku sejak zaman Yunani Kuno. Jalan-jalan di kota ini pada waktu itu tampak seperti garis-garis pada papan catur bila dilihat dari atas. 

Baca juga: Saat Tentara Salib Hancurkan Masjid Hingga Gereja di Alexandria Mesir

Pada musim dingin air hujan yang mengguyur Alexandria  dapat mengalir dengan lancar menuju laut. Sementara itu, pada musim panas, saluran-saluran menyup lai kebutuhan air dari Sungai Nil kepada seluruh penduduk. 

Hal lainnya yang diakui para penakluk Arab adalah sistem pertahanan. Alexandria  dikelilingi benteng-benteng pelindung yang kokoh. Pada awal masuknya Islam ke Mesir, keadaan tembok itu dibiarkan sebagaimana adanya. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement