Para sahabat Nabi selalu berusaha mempelajarinya dengan cara yang benar dari Nabi, jika mereka tidak hadir, mereka akan mempelajarinya dari orang-orang yang ada di sekitar. Nabi memberi tahu mereka yang hadir di sekitar, biarkan mereka yang hadir mengajarkannya kepada mereka yang tidak hadir.
Itulah dasar transmisi pengetahuan, sesuai metode yang diteladankan Nabi Muhammad ﷺ adalah bahwa kita harus belajar dari yang berilmu. Oleh karena itu, tugas kita untuk belajar agama dari mereka yang memenuhi syarat dan terlatih untuk menyampaikan.
Ibnu Sirin berkata, "Ilmu ini (tidak terpisahkan dengan) agama, perhatikan dari siapa kamu mempelajarinya!"
Jadi, sebelum memilih seorang guru, perlu bertanya, Apakah orang ini memenuhi syarat untuk mengajar? Apakah dia memiliki kemampuan untuk mengajar? Apakah dia juga orang yang berintegritas yang mempraktekkan apa yang dia ajarkan? Setelah memastikan fakta-fakta ini, seorang muslim dapat mempelajari secara langsung atau online.
Namun, belajar langsung dari guru adalah cara yang ideal. Dalam konteks ini, ada baiknya untuk merenungkan pernyataan Imam Malik berikut ini. "Saya mendengar tujuh puluh orang duduk di dekat pilar-pilar ini (dia berkata sambil menunjuk ke pilar-pilar masjid Nabi yang berbeda) semua orang akan berkata, Rasulullah bersabda demikian. Tapi saya tidak pernah repot-repot untuk mentransmisikan hadis dari mereka, bukan karena saya meragukan kesalehan mereka, tetapi karena mereka tidak ahli dalam hadits."
Jadi, saat memilih seorang guru, seseorang juga harus melihat apakah dia memiliki keahlian untuk mengajar mata pelajaran tertentu yang dia ajarkan juga.
Kami mengikuti aturan ini ketika kami mempelajari semua cabang pengetahuan. Ironisnya, hal itu tidak kita terapkan ketika memulai studi Islam. Kami tidak pernah repot-repot meminta bukti, kita terbawa oleh pidato atau ketenaran atau kharisma.
Pelanggaran aturan di atas telah menimbulkan konsekuensi serius, Seperti yang dikatakan Imam Hasan Al Bashri, "Mereka yang bertindak tanpa pengetahuan yang baik akan berakhir dengan menghancurkan lebih dari yang mereka bangun." Dia bermaksud mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan yang baik adalah akar penyebab ekstremisme dalam Islam.
Kita dapat memverifikasi fakta ini ketika kita melihat kekacauan dan kekerasan yang dilakukan oleh para pemimpin yang tidak terlatih seperti itu di seluruh negara Islam.
Sumber: askthescholar.com