Jumat 07 Jan 2022 05:30 WIB

Toleransi Islam, Garansi Ottoman untuk Yahudi, dan Pengakuan Orientalis

Islam meletakkan dasar dan praktik toleransi bagi peradaban dunia

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Islam meletakkan dasar dan praktik toleransi bagi peradaban dunia.  (ilustrasi)
Foto:

Dinasti Ottoman adalah contoh klasik tentang bagaimana seharusnya masyarakat yang plural. Di dalam negeri (daulah) Islam itu, orang-orang non-Muslim juga berhak menikmati pelbagai fasilitas publik, semisal sekolah, rumah sakit, per pustakaan, dan peradilan terbuka. 

Semangat toleransi antarumat beragama tecermin dalam aturan perundang-undangan, terutama sejak era sang penakluk Konstantinopel, Sultan Mehmet II (1451- 1481). Setiap komunitas agama di izinkan untuk memerintah secara otonom (selfgovernment). Sebagai imbalannya, mereka diharuskan membayar pajak jizyah yang besarannya variatif.   

Mengutip pemaparan Imam al-Mawardi dalam Ahkam Sulthaniyah, jizyah di tetapkan atas golongan ahli kitab, yakni orang Yahudi dan Kristen, serta kaum Majusi yang statusnya disamakan dengan keduanya.

Para ahli fikih masih berbeda pen dapat tentang ukuran jizyah. Bagaimanapun, Abu Hanifah membagi orangorang yang terkena jizyah ke dalam tiga kelompok sesuai kemampuan materinya, yakni kelas kaya, kelas menengah, dan kelas fakir miskin. 

Kelompok pertama hingga ketiga berturut-turut mesti membayar per tahun 48 dirham, 24 dirham, dan 12 dirham. Menurut Yusuf Qardhawi dalam Fiqih Jihad, be saran itu tidak begitu besar bila dibandingkan manfaat yang diperoleh mereka, yakni perlindungan penuh atas kebebasannya beragama. 

Baca juga : Naskah Khutbah Jumat: Membimbing dan Menjaga Mental Anak

Lagi pula, kaum Muslim pun ikut diwajibkan membangun negara melalui zakat, baik atas harta, aset, ternak, pertanian, maupun buah-buahan yang dimilikinya. Mengutip sejarawan Barat, Adam Mertz, jizyah menyerupai pajak pertahanan negara Oleh karena itu, kaum wanita, anak-anak, orang buta, penyandang disabilitas, pendeta yang terus-menerus beribadah di gereja, dan orang kehilangan akal tidak dibebani dengan jizyah. Kalau dibanding dengan Eropa pada Abad Pertengahan, toleransi yang dijalankan penguasa Muslim jelas lebih unggul.   

Reza menjelaskan, Kesultanan Ottoman melindungi komunitas Yahudi. Sebaliknya, di daerah-daerah yang dikuasai kerajaan-kerajaan Kristen Eropa, antisemitisme sangat kuat terjadi. Bahkan, kaum Yahudi juga menjadi incaran persekusi kelompok-kelompok fanatikus Kristen. 

Pemuka Yahudi pun mengakui besarnya perlindungan penguasa Muslim. Sebagai contoh, Reza mengutip surat Rabbi Isaac Tzarfati kepada Dewan Yahudi Eropa Tengah. Tokoh Yahudi itu berhasil menyelamatkan diri dari persekusi di Eropa Tengah dan tiba di wilayah Ottoman menjelang 1453 M.     

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement