Rabu 05 Jan 2022 23:47 WIB

Ashabul Kahfi, Siapa Saja Nama Mereka dan Abad Berapa Hidup?

Alquran kisahkan Ashabul Kahfi tertidur selama ratusan tahun dalam gua

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran kisahkan Ashabul Kahfi tertidur selama ratusan tahun dalam gua. Gua Ashabul Kahfi di Amman Yordania
Foto:

Bahkan, banyak yang dipaksa menjadi umpan singa di arena gladiator, yang dibuat semata-mata untuk hiburan penguasa dan warga Roma. Pada zaman Decius, persekusi atas kaum Nasrani mulai berlangsung terstruktur dan sistematis. 

Pada Januari 250, kaisar yang lahir di Budalia (kini Serbia) itu menginstruksikan setiap warga agar menyembah berhala. Peribadatan harus disaksikan aparat negara sehingga rakyat dibayang-bayangi ketakutan. 

Siapa pun yang menentang aturan itu diperintahkannya untuk ditangkap dan bila perlu dibunuh. Bagaimanapun, tidak sedikit orang beriman yang menolaknya. Meskipun intimidasi terus digencarkan Decius dan jajarannya, mereka tidak gentar sedikit pun dan semakin solid melawan. 

Di antara mereka terdapat para pemuda. Buku Corpus Inscriptionum Arabicarum Pa laestinae(Jilid Enam) menyebutkan siapa saja nama-namanya. Dalam bahasa Latin, sebutan mereka sebelum beriman adalah Achillides, Diomedes, Diogenes, Pro batus, Stephanus, Sambatius, dan Quiriacus.

Setelah menjadi pengikut ajaran Nabi Isa AS, mereka berturut-turut berganti nama menjadi Maximianus, Malchus, Martinianus, Constantinus, Dionysius, Johannes, dan Serapion. 

Sumber lain, Ensiklopedia Britannica, mengungkapkan bahwa tradisi Kristen Barat menamakan mereka sebagai Maximian, Malchus, Marcian, John, Denis, Serapion, dan Constantine. 

Adapun menurut tradisi Kristen Ortodoks mereka terdiri atas Maximilian, Jamblichus, Martin, John, Dionysius, Antonius, dan Constantine. 

Selain Antonius, keenam orang tersebut merupakan pejabat penting di lingkungan istana gubernur Daqyanus. Seperti halnya sang kaisar, gubernur tersebut merupakan seorang penyembah dewa-dewi Romawi.

Tidak mengherankan bila mertua Maxi milian itu menghiasi setiap sudut Kota Ephesus dengan patung-patung yang menggambarkan ajaran politeisme. 

Akan tetapi, keluarganya tidak seluruhnya terjerumus kesesatan. Istrinya sendiri diam-diam beriman pada tauhid. Setelah hal itu diketahuinya, Daqyanus pun membakar hidup-hidup pasangannya itu di depan umum.

 

Kejadian ini disaksikan putrinya, Helen, yang akhirnya mengikuti jejak ibundanya, menjadi orang beriman secara sembunyi-sembunyi.      

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement