Ahad 02 Jan 2022 20:25 WIB

Ottoman Turut Kembangkan Seni Kaligrafi

Seni kaligrafi diadopsi oleh orang Turki selama periode Dinasti Ottoman.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Agung Sasongko
Pandemi Covid-19 tak membuat Mahmut Sahin, seorang seniman kaligrafi Turki menghentikan aktivitasnya.
Foto: IHA Photo
Pandemi Covid-19 tak membuat Mahmut Sahin, seorang seniman kaligrafi Turki menghentikan aktivitasnya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seni kaligrafi diadopsi oleh orang Turki selama periode Dinasti Ottoman. Dalam bahasa Turki, kaligrafi bernama hüsn-i hat yang berarti garis-garis indah yang ditulis dengan pena buluh menggunakan tinta.

Kaligrafi muncul pada abad ke-6 dan ke-10. Pertama kali dikenal sebagai tulisan Arab yang digunakan oleh orang Arab, seni kaligrafi menjadi populer dalam dunia Islam setelah beberapa abad.

Baca Juga

Penelitian tentang peninggalan Arab yang berasal dari abad sebelum Islam mengungkapkan bahwa sistem penulisan Arab merupakan kelanjutan dari aksara Nebat yang aslinya terkait dengan aksara Fenisia. Setelah menyebar di Makkah dan Madinah, aksara Arab mulai dikenal dengan nama Jazm dan terbagi menjadi dua gaya utama, yaitu aksara Maʾil dan Mashq. Pada periode selanjutnya, kaligrafi mendapat kemajuan besar di Kufah, Irak dan gaya kaligrafi bernama Kufi.

Gaya Kufi populer digunakan selama periode Dinasti Abbasiyah. Pada era ini, perdana menteri dan kaligrafer Ibnu Mukle dari Bagdad berperan penting dalam kemajuan seni kaligrafi. Dia mengembangkan sistem yang menentukan garis-garis utama tulisan dengan upaya dan inovasinya. Saat Abbasiyah runtuh, popularitas kaligrafi jatuh di tangan para kaligrafer Turki dan Iran.

Kaligrafi Iran menganut gaya Khalifah Abbasiyah Yaqut al-Musta\'simi yang menyempurnakan dan mengkodifikasikan enam gaya kaligrafi dasar tulisan Arab yang disebut aklam-ı sitte. Sementara kesultanan Ottoman mendirikan sekolah yang sulit dijangkau dalam kaligrafi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement