Sebuah laporan dari 2 Oktober 1936 mencatat anak-anak yang lahir dari komunitas di Manchester memperoleh kewarganegaraan Inggris. Anak-anak ini kemudian mewariskannya kepada keturunan mereka sendiri yang lahir di Maroko.
"Setelah melahirkan keluarga besar, banyak dari anak-anak yang lahir di Manchester menikmati kewarganegaraan Inggris. Meskipun kembali ke kota asal mereka, Fez, generasi lain yang lahir di Maroko mengklaim dengan hak kewarganegaraan Inggris, yang sangat mereka banggakan dan hargai hak-hak istimewanya, meskipun mereka mungkin tidak akan pernah melihat negara itu."
Laporan itu juga menggambarkan bagaimana orang-orang Maroko mempertahankan keyakinan Islam mereka dan melakukan sholat berjamaah ketika tidak ada masjid di kota itu. "Kebiasaan Koloni Maroko di Manchester ini bukanlah hal yang aneh, kecuali bahwa salah satu pria berusaha memastikan bahwa daging diberikan sesuai dengan tindakan Muhammad. Pria yang sama ini juga memimpin mereka untuk sholat setiap hari Jumat, yang pelaksanaannya diadakan di sebuah rumah di Parkfield."
The Manchester City News memuji para pedagang Maroko atas kejujuran dan keramahan mereka. Selain itu, juga tercatat sebagian besar pedagang Maroko menikahi wanita kulit hitam, yang dibeli sebagai budak di Maroko, dan membawa mereka kembali ke Inggris.
Abdelmajid Benjelloun, seorang novelis Maroko yang orang tuanya berimigrasi ke Inggris pada 1919, ketika dia baru berusia satu tahun, mengenang dalam novel otobiografinya Fi Al-Tifula (On Childhood/Masa Kanak-Kanak) bahwa bukan hanya peluang bisnis yang membuat para pedagang Maroko bertahan di Manchester.