REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Tak sedikit dari ulama Islam klasik yang menggubah hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjadi sebuah lirik lagu (nazham) yang menarik untuk didengarkan dengan irama.
Namun umat Islam juga perlu mengetahui lebih jauh mengenai dasar pemahaman mengapa hadits boleh digubah menjadi sebuah lirik lagu. Secara makro, keilmuan dalam dunia akademik terbagi menjadi tiga rumpun besar. Yakni sains, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Ilmu humaniora adalah rumpun ilmu yang objek studinya adalah manusia, termasuk di antaranya adalah kajian tentang manusia dengan Tuhannya.
Ustaz Ahmad Ubaydi Hasbillah dalam buku Ilmu Living Quran-Hadis menjelaskan, ilmu humaniora memiliki tujuan membuat manusia menjadi lebih manusiawi, berbudi, dan berbudaya. Ilmu-ilmu seni, sejarah, peradaban, dan ilmu bahasa, juga termasuk rumpun ketiga ini. Meski demikian, sebagian ilmuwan mengategorikan rumpun ketiga ini sebagai cabang ilmu-ilmu sosial.
Dijelaskan bahwa kajian living quran-hadis tidak serta merta untuk mengetahui tradisi atau kesesuaian antara tradisi tersebut dengan Alquran dan hadits. Melainkan, ia masih tetap merupakan bagian integral dari kajian tentang periwayatan hadits, atau lebih tepatnya tentang penggunaan hadits.
Misalnya, penggubahan matan hadits menjadi lirik lagu (nazham) juga menjadi bagian dari objek material studi living hadis di bidang ilmu humaniora. Contohnya adalah hadits-hadits dalam kitab Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani yang disadur menjadi sebuah nazham berjudul Manzhumah Bulughul Maram min Adillatil Ahkam karya Muhammad bin Ismail Shan’ani.
Sebagai contoh, hadits-hadits yang ada dalam Babul Miyah (Bab Air) dari Kitab Bulughul Maram. Berikut penggalan nazhamnya dengan irama rajaz:
An Abi Hurairah # Aninnabiyyi thaahirissarirah
Yaqulu fil-bahri: at-thahuru maa-uhu # mitatuhu hillun liman yasyaa-uhu
Wal-maa-u makhluqun lanaa thahura # ma lam tughayyir launuhu taghira
Najasatan aw rihuhu aw tha’muhu # qayyadahu bihadzihil-aimmah.