REPUBLIKA.CO.ID,LONDON—Sebuah penelitian yang dilakukan BabuCentre, situs parenting yang berbasis di Inggris, menemukan bahwa Muhammad menjadi nama paling populer di Inggris. Muhammad bahkan secara konsisten menjadi nama terbanyak digunakan bayi laki-laki di Inggris selama lima tahun berturut-turut.
Beberapa tahun terakhir, populasi Muslim di Inggris menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan, namun kenaikan ini juga dibarengi dengan meningkatnya kasus Islamofobia di Inggris dan sejumlah negara di Eropa. ‘Nama yang terdengar mencirikan Muslim’ ini juga menjadi salah satu alasan terjadinya diskriminasi dan tindakan Islamofobia.
Selain Muhammad, nama bayi yang menempati peringkat atas lainnya untuk anak laki-laki dan perempuan pada tahun 2021 antara lain, Fatima, Ali dan Layla. Penemuan ini memprediksi bahwa Islam bisa menjadi agama paling sukses di dunia barat dalam waktu yang tidak lama lagi.
Sementara itu, Dewan Hak Asasi Manusia Islam yang berbasis di London mengadakan konferensi kesadaran Islamofobia, dan mengundang para cendikiawan, aktivis dan korban diskriminasi untuk bersama membahas solusi bagi persoalan islamofobia yang banyak menyerang umat Muslim.
Jika 2015 silam Donald Trump mengagetkan dunia dengan kebijakan ‘rasis’-nya yang melarang sejumlah negera Muslim untuk datang ke Amerika Serikat. Disusul dengan pernyataan politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders yang secara blak-blakkan yang memojokkan Islam.
Belum lama ini, Lauren Boebert, anggota kongres Amerika Serikat, juga menjadi buah bibir setelah ujaran rasisnya kepada sesama anggota kongres Illan Omar, dimana Boebert menyamakan Omar dengan teroris. Proposal kontroversial yang diajukan Paul Gosar, yang juga merupakan anggota kongres Amerika Serikat, juga memantik kecaman Mufti Palestina karena mengusulkan pembongkaran Masjid Al-Aqsa.
Pada konferensi kesadaran Islamofobia yang diselenggarakan oleh komisi Hak Asasi Manusia Islam yang berbasis di London, panelis membuka diskusi tentang seberapa banyak minoritas Muslim yang harus berjuang menghadapi pemerintah non-Muslim yang tidak memihak pada kelompok minoritas.
Depolitisasi masjid dan diskriminasi generasi muda menjadi perhatian utama dalam diskusi. Anggota kongres juga secara bersama mencari solusi untuk memerangi penindasan dan mengintensifkan penegakkan keadilan. Pertumbuhan kelompok ektremisme sayap kanan yang semakin subur di seluruh Eropa, yang didukung oleh sejumlah undang-undang rasis yang menargetkan Muslim, seperti larangan memakai pakaian islami hingga penutupan masjid juga menjadi fokus dalam diskusi ini.
“Jadi diskusi ini harus dilakukan, jika stereotip yang menargetkan Muslim ingin dikonfrontasi dan didekonstruksi,” ujar Dewan Hak Asasi Manusia Islam yang dikutip di Abna, Rabu (15/12).
Sumber:
https://en.abna24.com/news//muhammad-uk’s-most-popular-boys-name_1208687.html