Jumat 03 Dec 2021 14:17 WIB

Mahasiswa UGM Beri Pendampingan Peternak di Tegaltirto

Kegiatan dilaksanakan melalui program optimalisasi potensi peternakan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pekerja memberi pakan kambing di sebuah peternakan kambing.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pekerja memberi pakan kambing di sebuah peternakan kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- BEM Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memberikan pendampingan bagi peternak di Kalurahan Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DIY. Pendampingan untuk memperkuat usaha ternak itu dilakukan lima bulan dari Juli-November 2021.

Kegiatan dilaksanakan melalui program optimalisasi potensi peternakan sebagai saran peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kalurahan Tegaltirto. BEM Fakultas Peternakan UGM menjalankan tiga program dimulai dari pembuatan pakan komplit.

Kemudian, pembuatan pupuk kompos dan pembuatan catatan ternak. Program ini sudah berhasil pula mendapatkan bantuan pendanaan dari Kemendikbudristek di bawah naungan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D).

Ketua tim UGM, Rizky Aurell Fernanda mengatakan, sebagian besar warga Kalurahan Tegaltirto merupakan peternak. Bahkan, di kalurahan tersebut sudah terdapat 17 kelompok ternak dengan rata-rata populasi hewan per kelompok di atas 100 ekor.

 

Namun, tidak sedikit persoalan yang dialami peternak antara lain pemenuhan kebutuhan pakan hijauan, pengelolaan kotoran ternak, dan pendataan ternak. Rizky menuturkan, kendala-kendala itu melatar belakangi pendampingan dilakukan.

"Berawal permasalahan tersebut BEM Fakultas Peternakan UGM menginisiasi program mengoptimalisasi potensi peternakan di Tegaltirto," kata Rizky.

BEM Fapet UGM menjalankan pendampingan dengan menggandeng mitra-mitra. Antara lain Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Berbah dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Penyuluhan Pertanian Pangan dan Perikanan (UPTD BP4) Berbah untuk mengawal pendampingan.

Dalam pembuatan pakan komplit dilakukan memanfaatkan berbagai limbah pertanian yang ada ditambah sumber protein dan premix, lalu difermentasi. Respons peternak sangat baik dan sudah diaplikasi untuk beberapa ternak yang untuk penggemukan.

Untuk mengurai persoalan limbah kotoran ternak yang melimpah, ada pengelolaan memanfaatkan atau mengolah menjadi pupuk kompos dengan penambahan bakteri dan limbah pertanian. Saat ini, pupuk kompos sudah siap untuk dipasarkan.

Pupuk kompos yang diproduksi dijual dalam dua kemasan, ukuran lima kilogram Rp 8.000 dan 10 kilogram Rp 15 ribu. Pengolahan limbah kotoran ternak meningkatkan nilai ekonomis dari harga kotoran sapi yang sekitar Rp 300-700 per kilogram.

Terkait pencatatan ternak yang belum tertata, BEM Peternakan UGM mendampingi kelompok ternak untuk secara kontinu melakukan pencatatan. Hasilnya, pencatatan ternak saat ini sudah mulai tertata dengan baik melalui identitas ternak.

"Pencatatan kelahiran dan kematian menjadi lebih mudah dengan adanya kartu ternak. Adanya kartu memudahkan untuk mengamati bagaimana perkembangan kondisi induk, khususnya karena usaha utama di sini pembiakan ternak," ujar Rizky.

Setelah program pendampingan usai, diharapkan peternak dapat terus melanjutkan program dengan baik. Perwakilan perangkat Kalurahan Tegaltirto, Sugito, turut memberikan apresiasi atas pendampingan selama lima bulan yang telah diberikan.

"Pendampingan yang dilakukan BEM Fakultas Peternakan UGM selama lima bulan memberi dampak yang sangat positif bagi warga, khususnya kelompok ternak di Tegaltirto," kata Sugito.

Pendampingan yang mereka laksanakan telah menghasilkan dua produk utama yaitu pupuk kompos dan pakan komplit fermentasi. Perwakilan UPTDBP4 Berbah, Zaelani berharap, ke depan program tersebut akan terus berjalan secara berkelanjutan. "Bahkan, ke depan Kalurahan Tegaltirto akan diarahkan menjadi desa lumbung organik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement