REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Demi menghindari persekusi dari kaum kafir Quraisy di Arab Saudi, kaum Muslimin hijrah ke Yatsrib lalu ke Abisinia. Wilayah ini dikuasai oleh seorang raja Najasyi yang bijak.
Husen Haekal mengatakan, kaum Muslimin diterima baik raja Najasyi, namun penerimaan ini membuat kafir Quraisy tidak nyaman. Khawatir kaum Muslimin ini menjadi kuat dia siap melakukan pembalasan kepada Quraisy.
"Disebabkan oleh rasa kegelisahan terhadap peristiwa itukah maka mereka lalu mengutus orang, meminta supaya kaum Muslimin itu dikembalikan," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Mereka menganggap, bahwa perlindungan Najasyi terhadap mereka setelah mendengar keterangan mereka itu akan membawa pengaruh juga kepada penduduk jazirah Arab sehingga mereka akan mau menerima agama Muhammad dan mau menjadi pengikutnya.
Mereka khawatir, kalau kaum Muslimin menetap di Abisinia, mereka akan bertambah kuat, sehingga bila kelak mereka pulang kembali membantu Muhammad, mereka kembali dengan kekuatan, harta dan tenaga. Akhirnya mereka mengutus dua orang untuk merayu Najasyi agar umat Muslimin dikembalikan.
Kedua orang utusan itu ialah ‘Amr bin-‘Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’a. Kepada Najasyi dan kepada para pembesar istana mereka mempersembahkan hadiah-hadiah dengan maksud supaya mereka sudi mengembalikan orang-orang yang hijrah dari Mekah itu kepada mereka.
“Paduka Raja,” kata mereka.
"Mereka datang ke negeri paduka ini adalah budak-budak kami yang tidak punya malu," katanya.
Mereka kata utusan itu, telah meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula menganut agama paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri, yang tidak dikenal dan tidak juga dikenal paduka.
"Kami diutus kepada paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh orang-orang tua, paman mereka dan keluarga mereka sendiri, supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada mereka," katanya.
"Mereka lebih mengetahui betapa orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki," katanya.
Sebenarnya kedua utusan itu telahmengadakan persetujuan dengan pembesar-pembesar istana kerajaan, setelah mereka menerima hadiah-hadiah dari penduduk Makkah, bahwa mereka akan membantu usaha mengembalikan kaum Muslimin itu kepada pihak Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai diketahui raja.
Tetapi baginda menolak sebelum mendengar sendiri keterangan dari pihak Muslimin. Lalu dimintanya mereka itu datang menghadap.
“Agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agamaku, atau agama lain?” tanya Najasyi setelah mereka datang.
Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja’far bin Abi Abi Talib. “Paduka Raja,” kata Jafar.
"Ketika itu kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah berhala, bangkaipun kami makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan," kata Jafar.
Jafar mengakui, bahwa sebelum masuk Islam, hubungan dengan kerabat, dengan ketanggapun dibuat tidak baik, yang kuat menindas yang lemah. Demikian keadaan kaum Muslim yang datang ke Abisinia.
"Sampai Tuhan mengutus seorang rasul dari kalangan kami yang sudah kami kenal asal-usulnya, dia jujur, dapat dipercaya dan bersih pula," kata Jafar.
Yang diceritakan Jafar itu adalah Nabi Muhammad, dia mengajak umat menyembah hanya kepada Allah Yang Maha Esa, dan meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang selama itu kaum Quraisy dan nenek-moyang sembah.
Nabi Muhammad kata Jafar, melarang berdusta, dan harus berlaku jujur serta mengadakan hubungan keluarga dan tetangga yang baik. Dan menyudahi pertumpahan darah dan perbuatan terlarang lainnya.
"Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, memakan harta anak piatu atau mencemarkan wanita-wanita yang bersih," katanya.
Nabi Muhammad, kata Jafar, mengajak menyembah Allah dan tidak mempersekutukanNya. Selanjutnya disuruh salat, zakat dan puasa dan sebagian umat membenarkannya.
Umat yang mengakui kenabian Muhammad pun turut segala yang diperintahkan Allah. Dan bertekad menyembah hanya kepada Allah Yang Tunggal, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga. Segala yang diharamkan dijauhi dan yang dihalalkan kami lakukan.
"Karena itulah, masyarakat kami memusuhi kami," katanya.