REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Imam Abu Hanifah merupakan seorang ulama yang sangat berhati-hati menjaga diri dari perbuatan yang dapat menjauhkan dari Allah ﷻ.
Abu Hanifah juga merupakan orang yang sangat dermawan. "Beliau juga ahli dalam berdebat," tulis Muhammad Yasir Lc, dalam bukunya 'Berjalan Jauh Mencari Ilmu'.
Kepandaian beliau itu menjadikannya seperti pedang yang tajam bagi para ateis, yaitu mereka yang tidak percaya kepada Tuhan.
Di suatu sore, Imam Abu Hanifah sedang duduk santai di Masjid tempat beliau mengajar. Tiba-tiba sekelompok orang ateis menghampiri Imam Abu Hanifah. Mereka ingin menyakiti Imam Abu Hanifah.
Meski tahu para ateis itu mau menyakitinya, Abu Hanifah tetap mau berbagai hikmah. Sehingga ketika mereka ingin menyakitinya, Abu Hanifah menyampaikan beberapa pertanyaan.
"Tunggu!" pinta Abu Hanifah.
"Aku punya satu pertanyaan sederhana untuk kalian," katanya.
"Setelah aku mengutarakannya dan kalian bisa menjawabnya, maka lakukanlah apa saja yang kalian inginkan kepada diriku," tegas Imam Abu Hanifah.
"Apa yang hendak engkau tanyakan kepada kami, wahai Imam? " tanya orang-orang atheis itu"
"Bagaimana pendapat kalian jika ada seseorang berkata barusan aku melihat sebuah kapal yang memuat barang-barang bawaan serta penuh dengan penumpang."
"Kapal itu ada di tengah laut yang sangat dalam dan dikelilingi oleh ombak besar. Kemudian badai menghempas kapal itu dari segala penjuru. Namun, kapal itu tidak goyang. Ia berjalan dengan lurus dan seimbang."
"Kapal itu tidak memiliki nakhoda atau pelindung yang menjaganya,"kata Imam Abu Hanifah.
"Apakah berita itu dapat diterima akal? Imam Abu Hanifah kembali bertanya.
"Tidak. Berita itu tentu tidak dapat diterima dan dimengerti oleh akal siapapun," jawab orang-orang ateis.
"Subhanallah jika akal saja tidak dapat menerima berita tentang sebuah kapal yang berjalan di atas laut dengan dikelilingi ombak dan badai, namun tetap berjalan seimbang tanpa penjagaan nakhoda. Lalu bagaimana dengan bumi ini apakah hamparan bumi ini yang luas ini bisa berdiri tegak tanpa ada pencipta dan penjaganya? "Tegas Imam Abu Hanifah.
"Anda benar, wahai Imam dan keyakinan kami yang salah," ujar orang-orang ateis itu dan mereka pun menangis.
Kemudian pedang-pedang yang sudah terhunus, mereka masukkan kembali ke sarungnya. Selanjutnya orang-orang ateis itu menyatakan bertaubat dan kembali kepada ajaran Allah ﷻ yang benar.