REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Allah SWT memberikan musibah dan juga ujian kepada manusia dengan beragam cara dan maksud. Bukan berarti orang yang diberikan ujian dan musibah kehilangan rahmat Allah SWT.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Hajj ayat 15, “Man kaana yazhunnu an lan yanshurahullahu fiiddunya wal-akhirati fal-yamdud bisababin ilassamaa-I tsummal-yaqtha’ falyanzhur hal yudzhibanna kaiduhu maa yaghizhu,”.
Yang artinya, “Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakiti hatinya,”.
Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Jilid 09 menjelaskan bahwa apabila seorang Muslim ditimpa musibah maka baginya sabar adalah perisai. Hendaklah ia tabah dan memantapkan keyakinannya tentang rahmat, pertolongan, serta kuasa Allah untuk menyingkirkan kesulitan tersebut dengan ganjaran kebaikan.
Dalam tafsiran ayat tersebut, Az-Zamakhsyari sebagaimana dikutip Prof Quraish, menafsirkan, “Barang siapa di antara musuh-musuh Nabi Muhammad yang iri hati dan dengki yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya yakni Nabi Muhammad di dunia dan akhirat, maka hendaklah dia berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan apa yang menjadi sebab kedengkiannya itu. Walau dengan melakukan apa yang dilakukan oleh orang yang telah mencapai puncak kedengkian dan kesakitan hati yaitu dengan merentangkan tali ke langit yakni ke atap rumahnya, kemudian hendaklah ia memutuskan yakni mencekik lehernya sehingga urat nadinya putus kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya? Pasti tidak! Karena Allah selalu bersama Nabi-Nya,”.