REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pada suatu momentum Nabi Muhammad SAW naik ke bukit Shafa untuk menyerukan sesuatu penting yang datang dari pencipta alam semesta. Naiknya Nabi Muhammad ke bukit Shafa itu atas usulan dari dari seseorang warga Quraisy.
Setelah naik di atas Shafa, mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya. "Ada apa?" kata masyarakat ketika seperti ditulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Nabi Muhammad lanjut menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Namun, sebelum kepada pokok perkara, Nabi Muhammad menyampaikan sebagai kesan apakah dirinya masih dipercaya masyarakat ketika itu.
"Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?” “Ya,” jawab mereka. “Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta.”
Mendengar jawaban itu Nabi Muhammad melanjutkan perkataannya, dan kini lebih fokus kepada pokok persoalan.
"Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat," katanya, "Bani Abdul Muthalib, Banu Abdu Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum, dan Banu Asadullah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah."
Atau seperti diriwayatkan, Abu Lahab, seorang laki-laki berbadan gemuk dan cepat naik darah kemudian berdiri sambil meneriakkan "Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan kami?" Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Allah SWT:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
"Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah dia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya” (QS Al Lahab)