REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jika nafsu dalam perbuatan maksiat tampak zahir terlihat, sesungguhnya terdapat nafsu yang samar yang berbahaya apabila mendekam dalam diri manusia.
Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan, "Hazzhu annafsi fil ma'shiati zhaahirun jaliyyun wa hazzhuha fi atthaa'ati baathinun khafiyyun wa mudaawaatu maa khafiya sha'bun ilaajuhu".
Artinya, "Belenggu nafsu dalam perbuatan maksiat sangat tampak jelas, sementara belenggunya dalam perbuatan taat sungguh amat samar. Dan mengobati sesuatu yang tersembunyi itu amatlah sulit".
Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa pengaruh dan belenggu nafsu dalam ketaatan wujudnya samar dan tersembunyi. Dia tak bisa dilihat kecuali oleh para pemilik mata batin. Hal ini karena ketaatan merupakan perkara yang samar yang amat berat bagi nafsu.
Saat nafsu memerintahkan seorang hamba melakukan ketaatan, hamba tersebut tidak akan pernah mengetahui perannya di dalamnya, kecuali setelah diteliti dan diamati. Secara kasat mata, nafsu seakan-akan terlihat berperan menggiring hamba itu untuk dekat dengan Allah.
Namun, di balik itu, sebenarnya nafsu tersebut ingin membuatnya berharap pada penghargaan manusia dan membanggakan kesalihan di hadapan orang banyak. Maka dari itu, kata Ibnu Athaillah, barang siapa yang menilai diri sendiri dan memperhatikan suara hatinya, akan tampak baginya kebenaran tentang hal ini.