Sabtu 06 Nov 2021 05:59 WIB

Kian Dalami Islam, Mualaf Thenny Makin Yakin Kebenarannya

Mualaf Thenny terpikat dengan konsep Tuhan berbeda dengan segala yang baru

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Thenny terpikat dengan konsep Tuhan berbeda dengan segala yang baru. Mualaf Thenny (kiri) bersama suami.
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Thenny terpikat dengan konsep Tuhan berbeda dengan segala yang baru. Mualaf Thenny (kiri) bersama suami.

REPUBLIKA.CO.ID, — Hidayah bisa datang melalui orang-orang terdekat. Then Soe Na mengakui, cahaya petunjuk Ilahi diterimanya dengan jalan demikian.

Perempuan tersebut mengatakan, dirinya mulai mengenal Islam dari ibundanya. Berbeda dengan ayahnya yang beragama non-Islam. Sang ibu merupakan seorang Muslimah. Kedua orang tuanya memang berlainan iman. 

Baca Juga

Sejak kecil, wanita yang akrab disapa Thenny itu mengikuti keyakinan bapaknya. Bagaimanapun, rumah tidak berarti kosong sama sekali dari aktivitas keagamaan Islam. Sebab, ibunya kadang kala mengerjakan amalan-amalan ibadah agamanya, semisal bershalawat atau doa. 

Thenny mengenang, ibunya sering secara diam-diam mengajarkan beberapa ibadah Islam kepadanya. Ambil contoh, doa sebelum dan sesudah tidur juga makan. Bagaimanapun, ia cukup jarang melihat sang bunda sholat lima waktu.

“Ketika akan pergi tidur, Mama selalu melantunkan shalawat. Ya, bacaan itu ketika saya mualaf baru saya ketahui namanya shalawat. Tapi, shalawat dilantunkan waktu Papa sedang tidak ada di rumah. Kalau ibadah sholat, saya jarang melihat. Mungkin, Mama diam-diam sholat di kamar karena enggak enak sama Papa,” tutur dia kepada Republika, beberapa waktu lalu. 

Baca juga: Tiga Perangai Buruk dan Tiga Sifat Penangkalnya  

Ibundanya juga mengajarkan kepada Thenny cara belajar membaca Alquran. Itu dengan membimbingnya menghafal dan mengucapkan huruf-huruf Hijaiyah dengan mengkaji buku Iqra. Bahkan, pada saat Ramadhan anak perempuan ini juga diajarkan berpuasa. Tentang ibadah ini, Thenny memiliki kesan tersendiri. 

Dahulu, dia beberapa kali pulang kampung ke rumah nenek dari pihak ibunya di Kuningan, Jawa Barat. Entah mengapa, momen itu selalu bertepatan dengan Ramadhan. Saat bermain dengan anak-anak tetangga neneknya, Thenny sering kali malu untuk makan atau minum di depan mereka. 

Padahal, kawan-kawannya itu tidak merasa tersinggung kalau dia tidak berpuasa. Mereka memahami bahwa ayahnya beragama non-Islam. Namun, tetap saja, perempuan keturunan Tionghoa itu merasa sungkan. 

Baca juga: Brasil Kini Punya Kota yang Jadi Destinasi Wisata Halal 

Di lingkungan rumah neneknya, Thenny kecil juga ikut dalam beberapa aktivitas keislaman. Sekadar ikut-ikutan, semisal pada malam takbiran atau saling bermaafan sesudah sholat Id. Menurutnya, tradisi yang dilakukan kaum Muslimin itu sangat berkesan baginya. 

Hingga dirinya remaja, segala yang ber kaitan dengan Islam masih belum mengetuk hatinya untuk lebih mempelajari agama ini. Baginya saat itu, Islam seperti agama-agama lainnya, yakni hanya muncul ketika ritual berlangsung. Akhirnya, anggapannya itu kemudian terbantahkan. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement