REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejadian meninggalnya dua orang publik figur karena kecelakaan mobil baru-baru ini seakan mengingatkan ajal bisa datang kapan saja, bahkan saat seseorang dalam perjalanan jauh seperti yang dilakukan figur tersebut. Tempat dan waktu meninggalnya seseorang telah ditentukan, entah di rumah atau saat bepergian jauh dari rumah.
Rasulullah SAW bersabda:
إذا أراد الله قبض عبد بأرض جعل له إليها حاجة
“Sesungguhnya jika Allah menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut.” (HR. Al-Hakim).
Hadist ini menegaskan seringkali seorang hamba akan digerakkan menuju tempat yang jauh yang sesuai dengan tempat kematian yang telah ditetapkan. Untuk itu, Rasulullah SAW menganjurkan beberapa amalan saat safar yang juga menjadi bekal persiapan kematian. Beberapa anjuran tersebut adalah sebagai berikut.
Berpamitan dan mendoakan
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menyebut, seorang yang hendak bepergian hendaklah berpamitan dengan keluarga atau kerabat yang ditinggalkan. Saat berpamitan itu, orang yang hendak pergi hendaknya membaca doa
أَسْتَودِعُ الله دِينَكُم، وَأَمَانَتَكُم، وخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُم
Latin: “Astaudiukallohu diinakum wa amanaatikum wa khowaatima a’maalikum.”
Artinya: “Aku titipkan kepada Allah agama kalian, amanah kalian dan akhir amal kalian.”
Sedangkan orang yang ditinggalkannya berdoa:
زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ
Latin: "Zawwadakallohu taqwaa, wa ghofaro dzanbaka, wa yassaro lakal khoiro haitsumaa kunta."
Artinya: "Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosamu, dan memudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada."