REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di zaman Rasulullah, ada seorang pembesar di Makkah yang mengklaim dirinya lebih berhak menjadi Nabi ketimbang Nabi Muhammad SAW. Namun, Allah SWT membantah dengan tegas tuntutan pembesar Makkah yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad.
Kemudian turun ayat 124 dari Surah Al-An'am.
وَاِذَا جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ قَالُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ حَتّٰى نُؤْتٰى مِثْلَ مَآ اُوْتِيَ رُسُلُ اللّٰهِ ۘ اَللّٰهُ اَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسٰلَتَهٗۗ سَيُصِيْبُ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا صَغَارٌ عِنْدَ اللّٰهِ وَعَذَابٌ شَدِيْدٌۢ بِمَا كَانُوْا يَمْكُرُوْنَ
Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada Rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. (QS Al-An'am: 124)
Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij dan Abu Syaibah bahwa ayat ini diturunkan karena ada seorang pembesar Makkah bernama Walid bin Mugirah yang berkata, "Demi Allah, seandainya kenabian Muhammad itu benar, tentulah aku lebih berhak untuk diangkat sebagai Nabi dari pada Muhammad, sebab aku lebih banyak mempunyai harta benda dan keturunan."
Ayat ini dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama menerangkan, apabila turun ayat Alquran yang menjelaskan kebenaran kenabian Muhammad dan berisi pengetahuan dan petunjuk yang dibawanya dari Allah. Mereka berkata, "Kami tidak mau percaya kepada Muhammad, kecuali bila dia membawa mukjizat seperti yang diberikan Allah kepada Nabi Musa yakni tongkatnya yang dapat membelah lautan, atau seperti mukjizat Nabi Isa yang dapat menyembuhkan penyakit sopak dan menghidupkan orang mati."
Pada dasarnya mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad SAW, kecuali bila Nabi diberikan hal-hal yang serupa sebagaimana diberikan kepada Rasul-rasul sebelumnya. Allah membantah tuntutan mereka dan menyatakan bahwa hanya Allah yang mutlak mengetahui kepada siapa Dia menempatkan tugas kerasulan.
Tuntutan mereka seperti itu dijelaskan pula oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya, "Dan mereka (juga) berkata, 'Mengapa Alquran ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Makkah dan Taif)?' Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia." (QS Az-Zukhruf: 31-32)