REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Hari Kiamat dengan segala guncangannya, manusia akan dibangkitkan di Hari Kebangkitan. Lantas demikian, apakah wanita hamil dan menyusui akan dibangkitkan dalam kondisi demikian juga?
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat 214, “Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya Allah itu amat dekat,”.
Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Jilid 9 menjelaskan ketakwaan yang diperintahkan oleh ayat tersebut disebabkan karena adanya zalzalah, yakni kedahsyatan goncangan Hari Kiamat. Semua orang akan merasa takut dan khawatir. Bahkan bagi yang tidak bertakwa, kekhawatirannya berlanjut tanpa henti disertai oleh siksa yang amat pedih.
Ayat ini, kata Prof Quraish, di samping menggarisbawahi rasa takut sebagai dorongan bertakwa, juga mengisyaratkan kewajaran Allah SWT untuk dipatuhi, berdasar anugerah pemeliharan-Nya. Dengan demikian, motivasi ketakwaan dapat muncul dari rasa takut atau mengharap anugerah-Nya bahkan oleh dorongan syukur, terima kasih, dan cinta kepada-Nya.
Ulama saling berbeda pendapat tentang guncangan yang dimaksud di sini. Ada yang berpendapat guncangan tersebut menjelang Kiamat dengan alasan ayat ini menyebut tentang wanita yang hamil dan sedang menyusui. Padahal setelah Hari Kebangkitan tidak ada lagi kehamilan atau penyusuan.
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa ini terjadi setelah kebangkitan dari kubur, ketika itu yang meninggal dalam keadaan hamil atau menyusui akan bangkit demikian. Tetapi dengan segera mereka keguguran dan melupakan anak yang disusukannya.