Kamis 28 Oct 2021 05:45 WIB

Pidato Thariq yang Ubah Sejarah Islam di Eropa Berabad-abad

Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia. Andalusia, Spanyol
Foto: picturesspain.com
Thariq bin Ziyad menorehkan kemenangan saat taklukkan Andalusia. Andalusia, Spanyol

REPUBLIKA.CO.ID, — Sejarah membuktikan, kedatangan Islam di Semenanjung Iberia membawa berkah, bahkan bagi penduduk setempat yang non-Muslim. Peradaban Islam bersinar terang dari wilayah di sebelah barat Benua Eropa itu. Penguasa Muslim memiliki visi kosmopolitan. 

Alhasil, kaum Kristen dan Yahudi pun dapat menikmati berbagai kemajuan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lain-lain yang disediakan khalifah di sana. Kemajuan Kota Kordoba sejak abad kedelapan adalah bukti telak untuk itu.

Baca Juga

Semenanjung Iberia terletak di bagian paling barat daratan Benua Eropa. Wilayah itu kini menjadi lokasi negara-negara modern, termasuk Spanyol dan Portugal.

Muslimin pernah berjaya ratusan tahun lamanya di Andalusia-sebutan bagi Spanyol dalam historiografi Islam. Sejarah kegemilangan peradaban Islam itu bermula sejak Ramadhan 92 H atau Juli 711 M melalui penaklukan yang dipimpin Thariq bin Ziyad.

Langkah keseribu selalu dimulai dari langkah kecil pertama. Dalam hal ini, langkah pertama dilakukan Thariq bin Ziyad, sang panglima Muslim yang merintis Penaklukan Iberia. Demi mengenang jasanya, selat yang me mi sahkan Maghribi (Maroko) dan Iberia dinamakan Gibraltar. Nama itu adalah pelafalan dalam bahasa Spanyol untuk Jabal Thariq, `Bukit Thariq.' 

Ya, di bukit yang menghadap pantai selatan Iberia itu, komandan Muslim tersebut menyampaikan pidato menggugah jiwa. Ia berpesan kepada seluruh pasukannya, sesaat setelah berhasil mendarat di pesisir. Apa yang dilakukannya merupakan keberanian nyata. 

Thariq memerintahkan para prajuritnya untuk membakar semua kapal yang sebelumnya digunakan untuk mengangkut pasukan Muslimin dari Maroko ke Spanyol. Dengan demikian, ia berupaya menunjukkan bahwa tidak ada jalan untuk melarikan diri. Hadapi yang terbentang di depan, yakni berjihad sepenuh jiwa dan raga, melawan musuh. 

Pilihannya hanya dua, meraih kemenangan atau gugur sebagai syuhada.  Pidato Thariq, sebagaimana dikutip Ahmad Thomson dalam Islam Andalusia, antara lain sebagai berikut: 

“Ke manakah kalian, wahai pasukan Muslimin, dapat melarikan diri? Musuh berada di depan, sementara lautan terbentang di belakang kalian? Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati. Pertimbangkanlah situasi kalian: berdiri di sini bagaikan anak-anak yatim terlontar ke dunia.Kalian akan segera bertemu dengan musuh yang kuat, mengepung kalian dari segala penjuru bagaikan gelombang samudera yang bergejolak.

Maka buanglah segala ketakutan dari hati kalian. Percayalah bahwa kemenangan akan menjadi milik kita, dan percayalah bahwa raja kafir itu tak akan mampu bertahan menghadapi serangan kita.

Jika aku terbunuh sebelum mendekatinya (Roderick), jangan kalian bersusah payah karenaku.Tetaplah bertempur seolah aku masih hidup di tengah kalian. Sebab, kaum kafir ini saat melihat rajanya jatuh, pastilah akan kocar-kacir. Jika aku terbunuh setelah menewaskan raja mereka itu, tunjuklah seseorang di antara kalian yang di dalam dirinya terdapat jiwa keberanian dan kecakapan pengalaman, mampu memimpin kalian dalam situasi genting ini.”  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement