REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Usia Nabi Muhammad tepat di usia 40 tahun masih dan pergi ke Hira melakukan tahannuth (merenung). Jiwanya sudah penuh iman atas segala apa yang telah dilihatnya dalam mimpi hakiki itu.
"Ia telah membebaskan diri dari segala kebatilan," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Pada usia itu Tuhan telah mendidiknya, dengan didikan yang baik sekali. Dengan sepenuh kalbu ia menghadapkan diri ke jalan lurus, kepada Kebenaran yang Abadi.
"Ia telah menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh jiwanya agar dapat memberikan hidayah dan bimbingan kepada masyarakatnya yang sedang hanyut dalam lembah kesesatan," katanya.
Dalam hasratnya menghadapkan diri itu ia bangun tengah malam, kalbu dan kesadarannya dinyalakan. Lama sekali ia berpuasa, dengan begitu renungannya dihidupkan.
Kemudian ia turun dari gua itu, melangkah ke jalan-jalan di sahara. Lalu ia kembali ke tempatnya berkhalwat, hendak menguji apa gerangan yang berkecamuk dalam perasaannya itu.
"Apa gerangan yang terlihat dalam mimpi itu?"
Hal serupa itu berjalan selama enam bulan, sampai-sampai ia merasa kuatir akan membawa akibat lain terhadap dirinya. Oleh karena itu ia menyatakan rasa kekuatirannya itu kepada Khadijah dan menceritakan apa yang telah dilihatnya.
Muhammad kuatir kalau-kalau itu adalah gangguan jin merasuk ke dalam jiwanya. Dari rasa kekhawatiran itu Khadijah menenangkannya.
"Istri yang setia itu dapat menenteramkan hatinya," katanya.