Selasa 12 Oct 2021 09:45 WIB

Sejarawan Ungkap Sisi Lain Motivasi Pelayaran Colombus

Dalam pelayarannya, Colombus menemukan apa yang dia sebut sebagai dunia baru.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Sejarawan Ungkap Sisi Lain Motivasi Pelayaran Colombus. Foto ilustrasi: Suku Indian penduduk asli Benua Amerika
Foto: wikipedia
Sejarawan Ungkap Sisi Lain Motivasi Pelayaran Colombus. Foto ilustrasi: Suku Indian penduduk asli Benua Amerika

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Ketua Departemen Sejarah di Universitas Yale, Alan Mikhail, menyebut ketakutan dan kebencian terhadap Islam yang dialami Christopher Columbus menyebabkan dia menyeberangi Atlantik. Dalam perjalanan ini, ia menemukan apa yang kemudian dikenal sebagai "Dunia Baru".

"Pada dasarnya, Columbus adalah seorang Tentara Salib. Sepanjang hidupnya, dalam pertemuan dan perang melawan Muslim, dia merasakan beban perang suci jauh di dalam jiwanya," tulis pria yang mengkhususkan diri dalam sejarah Ottoman ini dalam surat kabar Los Angeles Times, dikutip di Anadolu Agency, Selasa (12/10).

Baca Juga

Saat Columbus terombang-ambing menuju barat di laut lepas, pikirannya tidak dipenuhi oleh hasrat sekuler untuk penemuan atau visi komersial yang penuh perhitungan. Padahal, ia menanggung misi formal untuk menemukan rute perdagangan ke Timur Jauh, yang akan menghindari kebutuhan untuk melewati wilayah Muslim.

Lebih dari segalanya, Mikhail menyebut semangat yang dibawa Columbus saat berlayar ke Amerika merupakan semangat non-Muslim.

Profesor itu pun menunjuk pada apa yang disebut sebagai citra yang digunakan oleh Columbus untuk menggambarkan penduduk asli Amerika. Dia menggambarkan senjata penduduk asli ini "alfanjes", kata Spanyol yang digunakan untuk merujuk pada pedang, hingga menggambarkan syal yang dikenakan oleh beberapa wanita sebagai "Moor ikat pinggang."

Referensi tambahan dari sifat yang sama digunakan oleh Hernan Cortes, conquistador Spanyol yang terkenal. Ia menulis Aztec Meksiko mengenakan "jubah Moor", salah mengklaim lebih dari 400 masjid ada di Meksiko meskipun tidak ada di sana, serta menyebut Moctezuma sebagai "sultan."

"Bagaimana menjelaskan sesuatu yang begitu aneh? Sepanjang hidup mereka, orang-orang ini telah belajar jika Muslim adalah musuh utama mereka. Di mata pikiran mereka, musuh memunculkan citra seorang Muslim non-kulit putih. Orang Eropa kembali pada kerangka ini untuk memahami musuh baru yang mereka hadapi di Amerika, Masyarakat adat," tulis Mikhail.

Ia pun mengatakan sejarah yang sebagian besar terlupakan ini penting. Pandangan dunia anti-Islam adalah cetakan yang membentuk pemahaman Eropa tentang ras dan etnis di Amerika, serta konsep perang di Belahan Barat.

"Oleh karena itu, perlu menjadi bagian dari pemahaman tentang sejarah Amerika dan, sayangnya, sejarah penduduk asli Amerika," ucap dia. 

Sumber:

https://www.aa.com.tr/en/world/fear-and-hatred-of-islam-prompted-columbus-atlantic-voyage-op-ed/2389325

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement