REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT memuliakan faktor kekayaan keluarga Nabi Muhammad SAW. Yakni dengan menolak terlebih dahulu apa yang akan mereka berikan kepada Rasulullah SAW.
Abdul Fattah As-Samman dalam buku Harta Nabi membaginya ke dalam beberapa poin:
Pertama, Allah membiarkan mereka mengalahkan orang-orang yang memusuhi mereka dengan menghalau pasukan Abrahah dari penyerangan terhadap Kota Makkah.
Kedua, Allah mencukupi kebutuhan mereka sepanjang tahun melalui perjalanan dagang di musim panas dan musim dingin.
Ketiga, hati dan jiwa orang-orang cenderung menghormati mereka karena kesucian Ka’bah yang ditegakkan Allah sebagai tempat pertemuan orang-orang yang aman.
Keempat, Allah menjamin kelangsungan rezeki mereka secara terus menerus sebagaimana dalam doa Nabi Ibrahim kepada mereka agar mendapatkan rezeki yang berkelimpahan.
Kelima, Hasyim bin Abdu Manaf menjabat sebagai kepala departemen pengairan dan departemen logistik. Dialah orang pertama yang merintis jalur sutera di musim dingin dan musim panas.
Keenam, Abdul Muthalib bin Hasyim melanjutkan kebijakan ayah dan kakeknya, menebus Abdullah dengan 100 ekor unta dan meminta untanya sebanyak 200 ekor kepada raja Abrahah dari Habasyah agar dikembalikan.
Ketujuh, Abdullah bin Abdul Muthallib adalah seorang saudagar terkemuka, dan meninggal dunia ketika sedang menjalankan usaha dagangnya.
Kedelapan, Abu Thalib bin Abdul Muthallib merupakan seorang saudagar, pengasuh Rasulullah SAW dan pelindung Nabi. Dia juga pemilik As-Syi’bi (jalan setapak di bukit/di antara dua bukit).
Kesembilan, Al Abbas bin Abdul Muthallib. Bundanya menyelimutkan kain sutera pada Ka’bah karena bernadzar ketika Al Abbas hilang.
Al Abbas mendapat kehormatan untuk memimpin departemen pengairan dan pembangunan pada masa Jahiliyah. Al Abbas dan Rasulullah merupakan orang terkaya dari Bani Hasyim.