Dia mengatakan perayaan Maulid lebih terkesan jika dirayakan beramai-ramai. Namun, seseorang dapat merayakannya sendiri atau bersama keluarga dengan mempraktikkan segala bentuk ibadah atau ekspresi kegembiraan pada hari itu, seperti membaca kehidupan Nabi, puisi populer tentang dia, berdoa untuknya dan membuat sumbangan atau membagikan permen.
“Tidak terbatas pada laki-laki saja, perempuan juga merayakannya dengan melakukan kegiatan yang sama,” kata Fadhel.
Keluarga bisa membuat perayaannya sendiri, di mana laki-laki dan perempuan berkumpul untuk membaca dan mengaji bersama sebagai wujud kebahagiaan dan halal kegembiraan. Yaman Fattouh, dari Madinah berasal dari keluarga dengan keturunan Sufi. Dia dibesarkan dengan perayaan Maulid sejak usia muda.
“Saya beruntung memiliki masa kecil yang tumbuh dengan kisah-kisah Nabi dan melayani orang-orang yang berkumpul untuk mengingat karakter mulianya, yang pasti telah memengaruhi hidup saya dengan indah," ujar dia.
Baca juga : Alasan Mengapa Dai Harus Tawadhu Menurut Imam Shamsi Ali
Dia menjelaskan meskipun kata Maulid mengacu pada hari kelahiran Nabi, itu juga mengacu pada perayaan yang biasa terjadi beberapa kali dalam setahun di Madinah, terutama pada musim haji dan umroh di mana jamaah juga ikut ambil bagian.
"Ada berbagai tempat dan masjid yang biasa melakukan kegiatan seperti itu, dan peziarah dari berbagai negara Arab dan Muslim juga akan bergabung seperti kelompok dari Mesir, Maroko, dan Suriah juga akan berbagi gaya dan nyanyian Maulid mereka,” kata Fattouh.
https://m.eyeofriyadh.com/news/newsdetail-test.php?newsid=117162