Jumat 01 Oct 2021 08:38 WIB

Muslim Assam Terguncang Pascatragedi Penggusuran Mematikan

Polisi India menembaki warga yang memprotes pemindahan paksa.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Keluarga Muslim yang menjadi korban kekerasan etnik di kamp pengungsi Desa Bhot Gaon, Kokrajhar, Assam, India.
Foto: AP
Keluarga Muslim yang menjadi korban kekerasan etnik di kamp pengungsi Desa Bhot Gaon, Kokrajhar, Assam, India.

REPUBLIKA.CO.ID, DHALPUR -- Tragedi penggusuran yang terjadi pekan lalu di negara bagian Assam, India, masih membuat warga Muslim setempat terguncang. Sesaat setelah sholat Jumat di serambi masjid yang dihancurkan, Ainuddin berupaya menceritakan urutan peristiwa pada hari sebelumnya ketika kakak laki-lakinya Mainal Haq diduga ditembak mati oleh polisi di distrik Darrang di timur laut negara bagian India itu.

"Polisi menembaknya di bagian dada. Fotografer memukulinya. Mereka terus memukulinya bahkan setelah dia meninggal," kata Ainuddin kepada Aljazirah, Kamis (30/9).

Baca Juga

Ainuddin menceritakan bagaimana beberapa anak tertangkap dalam huru-hara tersebut. Ia mengatakan, Mainal pertama tertembak di kaki. Dia kemudian kembali dengan membawa tongkat bambu di tangannya ke arah polisi.

"Mungkin dia berpikir karena dia sudah ditembak di kaki, dia harus mengambil risiko bahkan dengan harga terbunuh. Dia kemudian ditembak di dada," ungkap Ainuddin.

Menurutnya, Mainal begitu emosional pada momen saat itu, ketika dia mencengkeram satu set dokumen yang berisi kartu identitas Desa Mainal, kartu pemilih dan kartu identitas resmi. Ainuddin mengatakan namanya ada di Daftar Warga Nasional (NRC).

"Jika orang-orang mengambil tindakan hukum di tangan mereka, mereka dapat mengikat mereka (warga) dan membawanya ke kantor polisi. Tetapi mereka mulai menembak," lanjutnya.

Aksi penginjakan tubuhnya yang telah terkena peluru oleh seorang fotografer itu kemudian menjadi viral. Di sampingnya, anggota keluarga lainnya termasuk istri Mainal dan anak-anaknya terisak-isak di tempat penampungan sementara yang terbuat dari dua lembaran kecil atap seng bergelombang yang mereka dirikan di tepi sungai pada Kamis.

Mereka mengungsi setelah rumah mereka dihancurkan sebagai bagian dari upaya anti perambahan atau pelanggaran batas. Hingga kini 1.300 keluarga kehilangan tempat tinggal dan tinggal di rumah-rumah seng darurat.

Ayahnya mengatakan mayat Mainal dibawa pergi oleh polisi. Mayatnya kemudian dikembalikan pada malam hari berikutnya.

Mainal Haq adalah seorang petani berusia 28 tahun. Ia merupakan salah satu dari dua orang yang tewas dalam penggusuran pemerintah di desa Dhalpur Bagian 3 yang terletak di pulau sungai di sungai Brahmaputra di distrik Darrang.

Baca juga : Sultan Agung dan Ottoman: Membedah Kekaburan Sejarah Bangsa

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement