Dengan cara demikian, percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah At Tahrim ayat 6:
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ “Laa ya’shunallaha maa amarahum wa yaf’aluna maa yu’marun.”
Yang artinya, “(Malaikat-malaikat) itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Dalam surat Qaf ayat 18, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Maa yalfizhu min qaulin illa ladaihi raqibun ayyidun.” Yang artinya: “Tiada suatu ucapannya yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Demikian pula halnya beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah, khususnya Alquran. Maka secara akhlaki harus diikuti dengan upaya menjadikan Alquran sebagai wasit, hakim, serta imam dalam kehidupan. Selanjutnya diikuti pula dengan mengamalkan segala perintah yang ada dalam Alquran dan menjauhi apa yang dilarang.
Dengan kata lain, beriman kepada kitab-kitab Allah, khususnya Alquran, harus disertai dengan berakhlak dengan akhlak Alquran. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang mana akhlak beliau pun dipuji oleh Allah SWT.
Dalam sebuah hadits disebutkan, كان خلقه القرآن “Kaana akhlaquhu Alquran.” Yang artinya, “Akhlaknya (akhlak Nabi Muhammad SAW) adalah akhlak Alquran,”.
Untuk itulah, beriman kepada Kitab erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang mulia. Selanjutnya adalah beriman kepada Rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW. Yakni agar manusia juga mencontoh sikap dan tuntunan yang diberikan Nabi Muhammad SAW yang memiliki akhlak mulia.
Dan beriman kepada hari akhir dimaksudkan bahwa dari sisi akhlaki, beriman kepada ini harus disertai dengan upaya menyadari bahwa segala amal perbuatan yang dilakukan selama di dunia ini akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak.