Kamis 23 Sep 2021 18:15 WIB

Khutbah Umar bin Khattab Untuk Menenangkan Rakyatnya

Umar bin Khattab dikenal sebagai sosok yang tegas.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
Khutbah Umar bin Khattab Untuk Menenangkan Rakyatnya. Foto:   Umar bin Khattab menuntun unta yang ditunggangi pemantunya saat masuk ke Yerusalem. (ilustrasi)
Foto: google.com
Khutbah Umar bin Khattab Untuk Menenangkan Rakyatnya. Foto: Umar bin Khattab menuntun unta yang ditunggangi pemantunya saat masuk ke Yerusalem. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebelum menjadi Muslim, Umar bin Khattab dikenal sebagai orang yang keras sehingga ditakuti banyak masyarakat Makkah. Citra itu juga masih melekat saat Umar telah menjadi muslim dan menjadi sahabat Nabi yang dicintai.

Karena citra itu, ketika Umar akan menjabat sebagai Khalifah menggantikan sahabatnya, Abu Bakar, banyak kaum muslimin yang merasa khawatir. Mengetahui hal ini, Umar berpidato yang membuat kaum muslimin menjadi tenang seperti yang dikisahkan dalam buku 150 kisah Umar bin Khattab oleh Ahmad Abdul Al-Thahthawi sebagai berikut:

Baca Juga

Diriwayatkan dari Sa‘id ibn Al-Musayyib, Umar naik ke atas mimbar Rasulullah SAW dan berpidato, Dia berkata, ‘Wahai sekalian manusia, telah sampai kepadaku bahwa kalian merasa takut kepadaku, maka dengarkanlah apa yang kukatakan,” katanya. 

“Saat bersama Rasulullah SAW, aku adalah budak dan pelayannya. Beliau adalah orang yang paling lembut dan halus, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At-Taubah 128, Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” 

 

“Maka, aku letakkan sifat kerasku pada kelembutan Nabi SAW. Hingga aku menjadi pedang yang terhunus di hadapan beliau. Jika berkehendak, beliau akan menyarungkanku. Jika berkehendak, beliau akan membiarkanku, kemudian aku akan melakukan apa yang beliau inginkan. Selama hidup bersama Rasulullah SAW, aku tetap berniat begitu, hingga Allah mewafatkan beliau dan beliau ridha terhadapku. Aku banyak bersyukur kepada Allah atas hal itu, dan karenanya aku berbahagia,” ucapnya. 

“Kemudian diangkatlah Abu Bakar, dan aku yang menjadi pembantunya. Dia sosok yang lembut seperti Rasulullah SAW. Sifat kerasku kucampurkan dengan sifat lembutnya, dan kujadikan diriku pedang yang terhunus di hadapannya. Jika berkehendak, dia akan menyarungkanku. Jika berkehendak, dia akan membiarkanku berlalu. Aku tetap bersamanya hingga Allah mewafatkannya, dan dia ridha terhadapku. Aku sangat bersyukur kepada Allah, dan karenanya aku berbahagia,” katanya.

“Sekarang, akulah yang menjadi pemimpin bagi kalian. Aku tahu orang-orang ada yang berkata, Umar berlaku keras kepada kita, dan lain sebagainya. Ketahuilah bahwa sifat keras ini telah aku lemahkan, kecuali terhadap orang-orang yang melampaui batas dan berbuat zalim. Dan tidak akan kubiarkan orang-orang berbuat zalim memiliki kesempatan,”

“Demi Allah, sungguh jika ada seseorang yang berbuat zalim dan melampaui batas terhadap orang-orang yang berpegang teguh pada agamanya, aku akan letakkan pipinya ke tanah, dan kuletakkan kakiku di atasnya, hingga dia mau kembali pada kebenaran. Sebaliknya, aku akan meletakkan pipiku ke tanah jika aku bersikap keras terhadap orang-orang yang menjaga kehormatan dirinya dan tidak berlaku aniaya, hingga mereka meletakkan kaki mereka di atasku,”

"Maka, bertakwalah kalian kepada Allah, dan tolonglah aku untuk kepentingan kalian dengan menahan diri dari menentangku, dan untuk kepentinganku dengan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, serta memberi nasihat terkait kepemimpinan yang aku jalani," ujarnya.

Kemudian Umar bin Khattab RA tercatat dalam sejarah sebagai seorang khalifah yang menjadi kekuatan besar baru di wilayah Timur Tengah. Ia menaklukan Kekaisaran Sasaniyah dan bahkan berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement