Ahad 19 Sep 2021 07:30 WIB

Kisah Jeddah, Pintu Gerbang menuju Makkah dan Madinah

Sejarah Jeddah bisa dilacak hingga ke tiga milenium silam.

Kisah Jeddah, Pintu Gerbang menuju Makkah dan Madinah. Warga melintasi bangunan tua di Kota Tua Jeddah (Jeddah Historical District), Arab Saudi.
Foto:

Berbeda dengan Makkah yang relatif homogen (karena hanya Muslim yang diizinkan memasukinya), Jeddah tergolong sebagai kota yang sangat kosmopolitan sejak masa-masa awal perkembangannya. Sebagai kota pelabuhan, Jeddah terbuka untuk didatangi kapal dari berbagai wilayah yang secara kultur dan keyakinan berbeda dari Makkah sebagai inti Jazirah Arab.

Berbagai jenis pekerjaan lahir karena aktifnya perdagangan antarwilayah dan interaksi antarbudaya ini. Kalangan non-Muslim yang ingin berinteraksi dengan warga Arab, namun tidak bisa memasuki Makkah memilih untuk menetap di Jeddah.

Maka, tak mengherankan bila dulu Jeddah dijuluki sebagai Balad Al-Qanasil atau Kota Konsulat lantaran banyaknya konsulat dari berbagai negara asing di kota ini. Belanda, misalnya, mendirikan konsulatnya di Jeddah tahun 1872, yang dimanfaatkan sebagai kantor yang mengelola jamaah haji asal Hindia Belanda (Indonesia).

Haji Agus Salim sempat bekerja di Konsulat Belanda di Jeddah ini sebelum kemudian kembali ke Indonesia dan menjadi pemimpin Sarekat Islam. Sebelumnya, bahkan Perancis dan Inggris juga telah mendahului Belanda membuka konsulat di Jeddah.

Sebagai salah satu kota penting bagi Muslim, berbagai masjid penting dan bersejarah dibangun di kota ini sejak zaman dulu. Di antaranya ada Masjid Usman bin Affan (dibangun pada abad ke-9 dan 10 Hijriah), Masjid Akash (dibangun pada tahun 1379 Hijriah) dan Masjid Al Mem’ar, yang dibangun oleh Mustafa Mem’ar Pasha tahun 1384 Hijriah. Tempat-tempat lain yang menunjukkan panjangnya sejarah Jeddah adalah pasar-pasar lama serta pemakaman-pemakaman tua yang ada di kota ini.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement