REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mungkin kita selama ini menganggap bahwa maksiat dan segala perbuatan dosa yang telah diperbuat itu semuanya karena tergoda bisikan setan. Lantas apakah setan harus terus disalahkan atas dosa maupun maksiat yang dilakukan seorang Muslim?
Mantan Mufti Agung Mesir yang juga anggota senior Dewan Ulama Mesir, Syekh Ali Jumah, menjelaskan tidak semua dosa dan kemaksiatan yang dilakukan seorang Muslim itu karena setan. Meskipun, setan memang menjadi salah satu faktornya.
Namun, Syekh Jumah menekankan, setan hanya membisikkan secara sembunyi-sembunyi agar manusia melakukan perbuatan dosa. Sedangkan yang memerintahkan untuk berbuat dosa itu ialah diri manusia sendiri.
Maka, jika ada seorang Muslim yang mengulangi perbuatan dosanya, itu karena diri Anda sendiri. "Karena jiwa adalah pemimpin, yang artinya Andalah yang mengulanginya dan bersikeras padanya," jelasnya.
Kemampuan menggoda lebih besar dimiliki jiwa ketimbang setan. Namun, setan melemparkan godaan-godaan kepada manusia untuk berbuat buruk lalu pergi begitu saja.
Setan menggoda manusia yang sedang lemah karena di saat itulah setan bisa berhasil mengajak manusia berbuat dosa.
"Bagi seorang Muslim yang jiwanya kuat, maka dia senantiasa melawan godaan-godaan yang hendak membuatnya melakukan maksiat dan dosa," katanya.
Karena itu, jiwalah yang menentukan seseorang jatuh pada keburukan atau ketakwaan. Allah SWT berfirman:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS Asy Syams ayat 7-10)
Sumber: elbalad