REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bangsa Arab memiliki interaksi sosial yang begitu dengan beberapa bangsa dan kabilah sehingga menyebabkan pertukaran manusia dari satu keadaan keadaan lain. Ibadah haji menjadi salah satu penyebab terpenting dari terjadinya percampuran darah dan keturunan.
"Di sana (Makkah saat haji), berkumpul kaum Muslimin dari berbagai bangsa berkenalan-kenalan antara satu dengan yang lain," tulis Prof Hamka dalam bukunya "Sejarah Umat Islam Prakenabian Hingga Islam di Nusantara".
Percampuran darah itu dengan bangsa Mesir, Suriah, Hindi, Tionghoa, Persia, Zanji, Habasyi, Maroko, Aljazair ,Indonesia, Siam, dan lain-lain. Banyak persemendaan dan permentuaan.
Sekarang ini 65 persen dari penduduk Makkah adalah bangsa campuran dari seluruh darah umat Islam karena pada sebagian kota di Arab banyak terjadi percampuran.
Sementara itu pada kota yang lain beda pula pencampurannya. Akibatnya, pada zaman sekarang banyak didapati perbedaan perangai atau peradaban di antara para penduduk tanah Arab.
Orang Arab Makkah memiliki rupa yang kuning. Arab Najd rupanya sedikit hitam. Arab Oman berbadan besar, Arab Yaman berbadan kecil seperti orang Jepang. Arab Suriah hampir menyerupai Arab Marokok yaitu berkulit seperti bangsa barat.
Arab Mesir agak hitam dan besar tubuhnya mirip orang Sudan, sedangkan yang di kota berkulit kuning karena banyak bercampur dengan darah Turki dan lain-lain. Arab Irak berbadan tegap, demikian juga dengan Arab Andalusia Utara rupanya seperti orang Eropa.
"Akhirnya sampai pada keturunan bangsa Arab di negeri kita ini seperti yang terdapat di Tanah Bugis hanya kopiah putih nya saja yang menunjukkan Ia adalah orang Arab," katanya.
Dan bangsawan-bangsawan Siak dan bangsawan Pontianak sudah memiliki rupa Melayu.