REPUBLIKA.CO.ID, BEITA -- Alaa Dweikat sedang bermain petak umpet dengan ayahnya, Imad, dan empat saudara kandungnya. Anak-anak Palestina itu tidak pernah menyangka mimpi buruk itu akan menjadi kenyataan.
Tapi ternyata Imad (38 tahun) kini telah menghilang dari kehidupan mereka selamanya, dibunuh oleh pasukan Israel di Kota Beita, Tepi Barat yang dijajah. Pada 6 Agustus, ketika keluarga Imad menunggunya pulang untuk makan siang, telepon mulai berdering.
“Imad telah terbunuh,” kata mereka, ditembak oleh tentara Israel yang sedang melawan warga Beita yang memprotes di Jabal Sbeih di dekatnya, di Selatan Nablus.
Imad menjadi satu dari tujuh warga Palestina, termasuk dua remaja yang tewas sejak kampanye protes menentang permukiman ilegal Israel di pinggiran kota pecah pada Mei. Tiga di antaranya adalah ayah, meninggalkan sekitar 15 anak.
Orang-orang Palestina di Beita berdemonstrasi menentang ekspansi Israel dengan metode damai. Namun, mereka bertemu dengan peluru tajam dan gas air mata, meninggalkan puluhan terluka, banyak ditembak di kaki.
Baca juga : Israel Berencana Pinjamkan Dana ke Otoritas Palestina
Penangkapan massal lebih dari 30 pria Palestina dari kota itu ditahan di penjara-penjara Israel. Tapi Israel tidak menyangka Desa Tepi Barat yang dulu sepi ini telah menjadi pusat perlawanan Palestina.