Senin 30 Aug 2021 19:13 WIB

4 Metode Validasi Hadits yang Digunakan Imam Bukhari

Imam Bukhari mempunyai metode kajian hadits yang sangat ketaat

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Bukhari mempunyai metode kajian hadits yang sangat ketaat. Ilustrasi Hadist
Foto: MGROL100
Imam Bukhari mempunyai metode kajian hadits yang sangat ketaat. Ilustrasi Hadist

REPUBLIKA.CO.ID,  – Tidak seperti Imam Muslim yang mengkhususkan kitab Al-Tamyiz untuk mengemukakan metode penilaiannya terhadap hadits-hadits, dalam hal ini Imam Bukhari tidak memiliki satu kitab pun yang spesifik membahas gagasan dan ide-idenya secara runtut mengenai metode penilaiannya terhadap hadits.

Mohammad Nabiel dalam buku Al-Bukhari dan Metode Kritik Hadits menjelaskan bahwa yang ada dari Imam Bukhari hanyalah ide-ide yang berserakan di berbagai karyanya dan karya murid-muridnya seperti Imam At Tirmidzi, Imam Muslim, dan dalam beberapa karya yang menulis tentangnya seperti yang tersebar dalam buku-buku Musthalah Hadits kalangan ulama mutaakhirin (generasi masa kini setelah salaf).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa Imam Bukhari tidak memiliki metode tersendiri dalam menyeleksi hadits-hadits yang diriwayatkan dari guru-gurunya. 

Telaah atas beberapa rujukan primer dan sekunder tentang metode Imam Bukhari dalam men-shahih-kan dan mencari illat sebuah hadits menunjukkan adanya metode tersendiri yang dimiliki Imam Bukhari.

Poin-poin penting berikut ini merupakan ulasan atas pemikiran Imam Bukhari tentang hadits, penggunaan istilah dalam penilaian, hingga metode penyeleksian dan lain-lain. 

Pertama, penggunaan istilah hasan dan sahih dalam penilaian hadits. Penggunaan istilah ini merujuk pada validitas sebuah hadis yang sangat penting dalam pemikiran Imam Bukhari mengenai hadits.

Kedua, penggunaan istilah-istilah al-jarh wa at-ta’dil. Yakni untuk mengetahui lafaz yang digunakan Imam Bukhari dalam men-jarh dan men-ta’dil. Ketiga, relasi al-jarh dengan penilaian validitas sebuah hadits. Keempat, menilai hadits berdasarkan variabel illat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement