Selasa 24 Aug 2021 05:22 WIB

Pemimpin Taliban Mullah Omar Sosok yang Buta Huruf?

Mullah Omar tak pernah mengenyam pendidikan formal

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Mullah Omar tak pernah mengenyam pendidikan formal. Milisi Taliban (ilustrasi)
Foto: english.alarabiya.net
Mullah Omar tak pernah mengenyam pendidikan formal. Milisi Taliban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Informasi tentang kehidupan Mullah Muhammad Omar, pemimpin Taliban, hanya sedikit dan tidak banyak yang bisa diketahui darinya. Namun, sumber-sumber Inggris menunjukkan bahwa dia lahir pada 1950-an atau 60-an. 

Dia juga berasal dari etnis Pashtun, khususnya cabang Ghilzai, dan disebut lahir di dekat Kandahar di Afghanistan. Diketahui pula, bahwa ternyata Mullah Muhammad Omar buta huruf. Atau dengan kata lain, dia mengenyam sedikit pendidikan terlepas dari studi Islam yang ditempuhnya. 

Baca Juga

Omar ikut bertempur bersama Mujahidin melawan Soviet selama Perang Afghanistan (1978-1992). Selama waktu itu dia kehilangan mata kanannya dalam sebuah ledakan.

Setelah penarikan militer Soviet, Mullah Omar mendirikan sekolah kecil di sebuah desa kecil di Provinsi Kandahar dan mengajar di sana. 

Dia kemudian memimpin sekelompok siswa sekolah agama untuk menguasai beberapa kota pada pertengahan 1990-an, termasuk Kandahar, Herat, Kabul, dan Mazar-i-Sharif.

Lalu pada 1996, Majelis Syura mengakui Mullah Omar sebagai "Amirul Mukminin". Namun setelah Taliban digulingkan pada awal 2000-an, Mullah Omar bersembunyi di tempat yang sangat rahasia sehingga kematiannya, pada 2013, tidak diumumkan hingga dua tahun kemudian oleh putranya. Taliban menguasai Afghanistan dari 1990 hingga 2001 dan hanya tiga negara yang mengakui Taliban saat menguasai Afghanistan. Tiga negara itu ialah Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab, berdasarkan Encyclopedia Britannica.

Baca juga : Studi: Kena Covid-19 Parah, Antibodi Penyintas Lebih Kuat

Taliban saat memimpin Afghanistan menghancurkan secara sistematis artefak artistik non-Islam (seperti di kota Bamiyan pada 2001). Mereka menghancurkan ukiran batu pasir kuno yang pernah menjadi patung Buddha tertinggi di dunia di perbukitan Bamiyan, dalam sebuah insiden yang dikecam oleh masyarakat internasional. 

Untuk menghancurkannya, Militan Taliban menghabiskan tiga hari menanam bahan peledak di sekitar patung, kemudian kabel diperpanjang sampai ke masjid terdekat, di mana bahan peledak diledakkan di tengah teriakan "Allahuakbar," menurut laporan media. 

Semua itu berubah setelah serangan 11 September 2001. Taliban menarik perhatian dunia setelah pasukan dukungan Amerika Serikat di utara menyerbu ibu kota, Kabul, pada November 2001.

Taliban pun menyebar ke daerah-daerah terpencil setelah perang Amerika Serikat, dan memulai perang selama 20 tahun melawan pemerintah Afghanistan dan sekutu Baratnya dari pasukan Amerika Serikat dan NATO. 

 

Sumber: arabicpost 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement