Kamis 12 Aug 2021 16:19 WIB

Adakah Batas Memerangi Kaum Kafir?

Bulan Harram menjadi pembatas menentukan sikap kepada kaum kafir.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Adakah Batas Memerangi Kaum Kafir?. Foto:    Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Adakah Batas Memerangi Kaum Kafir?. Foto: Lokasi Perang Badar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Empat bulam Harram (Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rejab) menjadi batas waktu kaum kafir menentukan sikap (memeluk Islam atau tetap kafir). Konsekuansinya yang masih kafir akan diperangi jika masih berada di kawasan Makkah karena Makkah sudah diharamkam untuk kafir.

"Lepas empat bulan mereka sudah harus menentukan sikap. Dan pihak Islam pun sudah nyata pula sikapnya untuk memerangi orang kafir," kata Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar.

Baca Juga

Perintah memerangi kaum kafir itu sesuai perintah Allah SWT dalam surah Taubah ayat 5 yang artinya:

"Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka."

Buya Hamka mengatakan, teknik memberikan batas waktu ini efektif menarik orang kafir mau menerima Islam secara sukarela. Karena memang agama Islam merupakan agama rahmatan lil alamin keselamatan di dunia dan di akhirat.

"Dalam praktek kelangsungan ayat ini ialah bahwa dalam masa empat bulan itu telah berduyun-duyun seluruh musyrikin keliling Tanah Arab itu datang menyatakan diri memeluk Agama Islam," tuli Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar.

Buya Hamka menuturkan, sebenarnya sejak perjanjian Hudaibi-yah ditahun keenam, sesudah menaklukkan Khaibar tahun ketujuh dan setelah Makkah ditaklukkan di tahun kedepalan, kaum musyrikin tidak bangkit lagi. Ultimatum empat bulan diberi kesempatan itu, cuma tinggal menghabisi sisa kekuatan musyrikin saja.

Sesudah Rasulullah SAW wafat, memang datang gerakan yang bersifat pemberontakan dari pemimpin-pemimpin yang jauh dari Madinah. Sebagian mendakwakan diri pula bahwa merekapun adalah Nabi. Aswad al-'Ansi di Yaman, Thulaihah al-Asadi dari Bani Asad, Musailamah al-Kadzab di Yamamah (Nej), dan seorang lagi Malik bin Nuwairah tidak mau menghantarkan zakat ke Madinah. 

"Dan seorang perempuan Nasrani bernama Sajjah bintil Harits, mendakwakan pula dirinya jadi Nabiyah," katanya.

Semua pemberontakan ini sudah sanggup diselesaikan oleh Abu Bakar di dalam masapemerintahannya yang hanya dua tahun.Oleh sebab itu maka kehendak Rasulullah SAW yang telah termaktub didalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini, telah dijalankan oleh Abu Bakardengan baik. Di zaman terakhir dari pemerintahannya yang pendek itu, seluruh Musyrikin dan Murtad Arab telah tunduk. 

"Pemimpin-pemimpin pemberontakan dikalahkan dan dipatahkan belaka perlawanan mereka," katanya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement