REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam yang bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya tentu sangat mengharapkan mendapatkan taufik dan karunia dari Allah. Orang yang mendapat taufik dan karunia dari Allah memiliki tanda, yakni tetap beriman kepada Allah saat tertimpa ujian berupa musibah.
Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam, mengatakan, seharusnya terasa ringan kepedihan akibat musibah yang menimpa kamu, karena kamu mengetahui bahwa Allah yang sedang menguji kamu, dan Allah yang membuat takdir kamu. Allah juga yang bisa memberikan dan memilih yang terbaik untuk kamu. Allah yang membiasakan kamu merasakan dan menerima sebaik-baik pilihan-Nya dan pemberian-Nya.
Terjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Atha'illah dengan mengutip perkataan para alim ulama terdahulu.
Abu Ali Addaqqaq mengatakan, suatu tanda bahwa seseorang mendapat taufik dan karunia dari Allah adalah terpeliharanya iman dan tauhid dia saat menghadapi ujian dan musibah.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah: 216)
Abu Thalib Al-Makki mengatakan, manusia tidak suka miskin, hina dan penyakit. Padahal itu semua mungkin baik baginya untuk bekal dia di akhirat. Sebaliknya manusia suka kaya, sehat dan terkenal. Padahal semua itu bahaya dan buruk akibatnya.
Al Junaidi menceritakan, "Ketika saya tidur di tempat Assariyu Saqathy, tiba-tiba saya dibangunkan." Lalu dia mengatakan, "Wahai Junaidi, saya telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Allah."
Assariyu melanjutkan ceritanya, "Lalu Allah berkata kepada aku, 'Hai Assariyu, ketika Aku menciptakan makhluk, semua mengaku mencintai Aku. Kemudian Aku membuat dunia, maka mereka lari dari Aku 90 persen dan tinggal hanya 10 persen. Kemudian Aku membuat surga, maka mereka lari dari Aku 90 persen dari sisanya. Kemudian aku membuat neraka, maka mereka lari dari Aku 90 persen dari sisanya itu. Kemudian aku turunkan musibah, maka mereka lari dari Aku 90 persen dari sisanya lagi. Maka aku mengatakan kepada sisanya yang tinggal itu. Kamu tidak mau dunia, kamu tidak suka surga, kamu tidak takut neraka, kamu tidak lari dari musibah, maka apa keinginan kamu?'."
Assariyu melanjutkan ceritanya, "Pertanyaan Allah dijawab mereka, Engkau (Allah) telah mengetahui keinginan kami. Allah berkata lagi, Aku akan menimpakan musibah yang tidak sanggup ditanggung bukit yang besar. Sabarkah kamu? Dijawab lagi oleh mereka, jika Engkau yang menguji maka terserah Engkau (berbuatlah sekehendak Engkau). Maka mereka itulah hamba-Ku yang sebenarnya."