REPUBLIKA.CO.ID, — Hari-hari ini merupakan peringatan lahirnya Yazid bin Muawiyah sekitar 1.374 tahun lalu. Dia adalah khalifah kedua Umayyah, dan putra pendiri Dinasti Umayyah Muawiyah bin Abi Sufyan, yang mengambil alih kekhalifahan setelah kematian ayahnya pada tahun 60 H. Tak ada yang menentang kepemimpinan itu kecuali Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Zubair, radyilalahu ‘anhum.
Yazid adalah salah satu tokoh yang berkonflik dengan pahlawan cucu Nabi Muhammad, Husain bin Ali bin Abi Thalib. Husain meninggal di Karbala pada pertempuran “Al-Tuff”, atau Karbala, yang terjadi antara pendukungnya dan tentara Yazid bin Muawiyah.
Setelah kematian Muawiyah bin Abi Sufyan, putranya Yazid bin Muawiyah mengutus Al Walid bin Utbah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Madinah. Al Walid bin Utbah bin Abi Sufyan kemudian meminta Husain untuk berbaiat kepada Yazid bin Abi Sufyan sebagai khalifah kaum Muslimin. Husain menolak. Dia berpendapat baiat itu bersifat umum, dan tidak terbatas untuk Yazid saja. Husain kemudian meninggalkan Madinah dan keluarganya pindah ke Makkah untuk menjauh dari suasana ketegangan.
Namun sepertinya perselisihan antara Muawiyah dan al-Husain tidak hanya perebutan kekuasaan semata. Tetapi ada versi lain, yang merupakan alasan konflik diantara kedua pria itu.
Sebuah riwayat diriwayatkan penulis besar Abbas Mahmud Al Aqqad dalam bukunya "Abu As Syuhada: Al Husain bin Ali. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa Zainab binti Ishaq memiliki kecantikan paling terkenal pada masanya, dan dia istri gubernur Irak dari kubu Umayyah, Abdullah bin Salam Al Qurasyi.
Al Aqqad mengisahkan, Yazid begitu jatuh cinta kepada Zainab dan menyembunyikan rahasianya dari keluarganya, sampai ayahnya, Muawiyah bin Abi Sufyan, mengetahuinya. Jadi dia memikirkan trik untuk pernikahan putranya dengan wanita cantik itu, jadi dia berpikir untuk meminta suami Zainab binti Ishaq, Abdullah bin Salam untuk menceraikan istrinya agar bisa menikahi putrinya Muawiyah. Meski sebenarnya sang putri menolaknya.
Menurut kitab Al Aqqad, setelah trik itu terlaksana, Muawiyah meminta Abu Hurairah untuk melamar Zainab kepada Yazid, dan dikatakan, Husain tahu tentang plot itu, jadi dia meminta Abu Hurairah untuk melamar Zainab juga. Sehingga Zainab akan memilih salah satu dari mereka (Yazid atau Husain) .
Memang, Abu Hurairah pergi ke Zainab binti Ishaq, dan menawarinya masalah kedua pria itu, tetapi dia bingung, dan berkonsultasi dengannya dalam masalah itu, dan tentu saja pria itu lebih menyukai cucu Nabi (SAW), maka wanita itu memilih Husain, dan segera setelah pernikahan selesai, putra Ali menceraikannya tanpa melakukan hubungan suami istri. Agar wanita itu kembali ke suaminya yang tertipu.
Wanita inilah yang menjadi penyebab meningkatnya konflik dan perselisihan di antara kedua pria itu, dan itu adalah penyebab meningkatnya murka Yazid terhadap Husain, dan merencanakan untuk membunuh dia, yang terjadi di Karbala pada hari Asyura pada tahun 61 AH.
Di pengujung cerita, Al Aqqad mengayatakan jika memang riwayat ini benar, dan sekalipun banyak dinukilkan para ahli sejarah, sudah banyak pula riwayat yang mengungkap perseteruan antara Yazid dan Husain. Dan apa yang dilakukan Yazid dalam mengakhiri perselisihan ini tetap saja tidak bisa diterima akal sehat.