Di sana lampu dipakai di berbagai acara penting keagamaan yang membutuhkan penerangan. Lilin lemak, yang sebelumnya lazim dipakai di Eropa, ditinggalkan lantaran dianggap mengeluarkan bau tak sedap, dan digantikan dengan lampu yang dibahanbakari oleh lilin lebah. Ekspor lilin lebah dari kawasan Maghribi ke Eropa ini berlangsung hingga beberapa abad kemudian.
Selain secara fisik, lebah juga hadir dalam bentuk perumpamaan. Sejumlah peribahasa Arab menggunakan lebah atau madu untuk menyampaikan pesan moral kepada publik.
Jika ada orang yang perkataannya berlawanan dengan perbuatannya, umpamanya, kepadanya akan dikatakan “kalām ka ‘l-‘asal wa-fi’l ka ‘l-asal” (bahasa semanis madu, perbuatan setajam ujung tombak). Di Indonesia sendiri, dalam sebuah kesempatan sekitar akhir abad ke-19, ayahanda Haji Rasul (pembawa Muhammadiyah ke Minangkabau) menerangkan kepada si anak betapa ramai dan kompaknya orang mengaji di masjid di kampung mereka melalui perbandingan dengan lebah. “Bunyi suara orang menderas kaji”, kata sang ayah, “seperti lebah terbang”. Demikianlah disampaikan Hamka dalam buku tentang ayahnya, Ayahku.
Lebah dan madu juga masuk dalam perdebatan di internal Persyarikatan Muhammadiyah di era 1950an soal posisi para pemimpin Muhammadiyah di dalam organisasi politik, dalam hal ini Partai Masyumi. Muhammadiyah memperbolehkan anggotanya untuk berpartisipasi di dunia politik.
Ini sesuai dengan keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-32 tahun 1953. Bagi Muhammadiyah, ada banyak cara untuk memajukan kaum Muslim, baik melalui organisasi sosial maupun politik.
Yang terpenting adalah saat menjadi politikus para anggota Muhammadiyah ini tetap bertindak sesuai dengan ajaran Islam. Mengutip pidato iftitah Muktamar Muhammadiyah ke-32 pada tahun 1953, pengamat sejarah Muhammadiyah, MT Arifin, dalam bukunya, Muhammadiyah Potret yang Berubah, menggambarkan tentang “perginya” para tokoh Muhammadiyah ini ke lapangan politik: “diibaratkan bagaikan lebah meninggalkan sarangnya dan bertebaran di kebun-kebun bunga, yang apabila kembali ke sarangnya nanti akan membawa madu yang manis, lezat juga bermanfaat bagi Muhammadiyah”.
Sumber: Majalah SM Edisi 22 Tahun 2017